Jakarta memelukku. Mungkin peluk perpisahan. Aku berharap, aku bisa benar-benar pergi sekarang, bersama sahabat-sahabat Jakarta yang lain.Â
Agar tidak ada sakit dan pedih di antara kami semua. Lebih baik melepaskan untuk sama-sama menjalani takdir masing-masing. Semoga takdirku memang menghilang, dan takdir Jakarta adalah tetap hidup damai bersama semua keindahan dan keramaiannya.Â
Aku tidak perlu lagi menyelimuti Jakarta dengan kelabu yang menyesakkan. Aku tak perlu lagi bermusuhan dengan matahari, menghalangi sinarnya menerpa hiruk pikuk Jakarta. Biarkan ia bersinar tanpa halang, melegakan orang-orang.
 "Selamat tinggal, Polusi," bisik Jakarta yang kubalas dengan lambaian tangan.
#cerpenlingkungan
#pulpen
#sayembarapulpen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H