Maya seorang mahasiswi di sebuah universitas, berasal dari keluarga sederhana. Tapi karena ingin diterima di sirkel pertemanannya yang rata-rata anak orang berada, Maya mengaku sebagai anak orang kaya. Gaya busana dan cara bicaranya-pun diatur sedemikian rupa agar terlihat lebih keren dan setara.Â
Tapi lama-lama teman-temannya tidak percaya. Mereka diam-diam mencari tahu kondisi Maya yang sebenarnya. Hingga akhirnya Maya ketahuan identitas aslinya, karena malu akhirnya Maya tidak pernah masuk kuliah lagi.
Kisah Maya ini nyata benar-benar terjadi dan banyak ditemui di lingkungan Gen Z. Rata-rata mereka merasa minder karena tidak memiliki apa yang orang lain miliki baik itu sesuatu secara tampilan fisik, prestasi dan pencapaian maupun privilage.
Maya hanyalah salah satu contoh bagaimana seseorang bisa menjadi tidak autentik, tidak menjadi diri sendiri dan menjalani hidup bukan atas dasar keinginan yang sebenarnya.
Bagaimana caranya mengetahui kalau kita sebenarnya sudah autentik? Dan bagaimana caranya untuk menjadi autentik? Yuk, kita bahas sama-sama.
Apa Itu Menjadi Autentik?
Menjadi autentik berarti hidup dengan jujur sesuai dengan nilai-nilai, perasaan, dan keyakinan tanpa berpura-pura menjadi orang lain. Menjadi diri sendiri, eksis sebagai diri sendiri dan hidup versi keinginan sendiri.Â
"Saya ingin B maka saya akan mencari dan menjalani hidup saya dalam versi B, apa yang saya lakukan sekarang akan sama persis seperti yang ingin saya inginkan."
Ketika seseorang bertindak atau berbicara dengan cara yang tidak sesuai dengan kepribadian atau perasaan mereka sebenarnya, biasanya untuk mendapatkan penerimaan atau memenuhi harapan orang lain. Pada akhirnya hal dan kondisi tersebut membuat seseorang menjadi tidak autentik.
Bukan hanya tentang gaya hidup seperti kasus Maya, tapi juga pada sikap dan perilaku. Misalnya menghindari menunjukkan emosi sebenarnya, saat merasa sedih atau kecewa, tetapi berpura-pura bahagia dan ceria di depan orang lain karena khawatir dianggap lemah.