Kamu hilang saat impianmu membangun perpustakaan ini hampir terealisasi. Apakah orang-orang yang kerap mengancammu secara diam-diam itu menyabotasemu? Mereka yang kamu sebut sebagai hantu perebut uang warisan itu menculikmu?
Kamu tidak benar-benar menjadi Biru Laut dari novel Leila S. Chudori, kan?
Semakin jauh aku memikirkanmu, jantungku berdebar sangat cepat seperti ingin meletus. Kepalaku terasa panas, dadaku sesak, bahkan kepala ini mulai berat seperti ditimpa puing-puing bangunan.
Sheika, jika kamu mendengar suaraku. Di mana pun kamu berada. Pulanglah, pulang. Buku-buku itu rindu. Aku, rindu.
Di saat harapan semakin menipis, saat itulah aku mendengar derap langkah kaki yang cepat dan berat dari dalam perpustakaan. Ia menendang pintu kayu dengan kasar, membuatku tersentak lalu menatap sumber kegaduhan.
Ternyata Naleeka Indreswari, salah satu rekan kami, perempuan berambut sebahu dengan gradasi hitam dan ungu di ujungnya, menatapku dengan mata terbelalak dan napas memburu seperti baru saja dikejar oleh hantu.
"Nan, Nandika ini, cepetan, lihat berita trending di X sama Instagram!"
Aku mendekati Naleeka untuk membaca berita yang dimaksud seraya menyipitkan mata. Berita kehilangan Sheika Harum Kelana bersama mimpinya membangun perpustakaan di desa, yang kami sebarkan telah mencuri perhatian banyak warganet, pemerintah pusat, hingga kolom berita mancanegara.
***
7 Days Before
"Yang bagus tuh kalau kita fokus ngajarin baca-bacaan novel dan antologi cerpen, biar rasa simpati dan empati mereka terasah. Iya logika bener, tapi ini bocah SD, Gung, BOCAH SD!" seru Naleeka mengetuk-ngetuk tumpukkan buku di atas meja.