Perempuan yang menggedor itu langsung menarik anak kecil yang sedari tadi berada di kolong ranjang. Ia menyeka air mata kemudian merengkuhnya erat.
Sementara lelaki misterius tersebut menatap si gadis dengan hati-hati. Ia membuka buku yang sedari tadi dibawa, tak luput sebuah kalung yang diikat pada kepalan tangan, ujungnya menjuntai lalu bergerak mengikuti gaya gravitasi.Â
"Sesuai janjimu saat kita bersua seminggu lalu, pergilah, jangan ganggu anak itu lagi. Aku berdoa agar jiwamu damai di alam sana," kata lelaki itu lirih.
Gadis yang tampak cantik itu berlenggang untuk terakhir kali pada bagian akhir lagu yang ia sukai. Air matanya meluncur saat tahu ini adalah tarian dan nyanyian terakhirnya.
"Seperti janji saya. Saya akan pergi."
Lelaki yang selesai merapalkan doa mengangguk. Ia melihat si gadis perlahan-lahan hilang ditelan oleh cahaya berpendar kuning.
(Jakarta, 11 November 1970).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H