Mohon tunggu...
Rangga Agnibaya
Rangga Agnibaya Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Bagi Ilmu

Membaca, menulis, menonton film, dan sepak bola: Laki-laki.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Peradaban Digital: Optimisme Teknologi, Nilai yang Hilang, dan Jeratan Simulakra

13 Agustus 2023   23:47 Diperbarui: 15 Agustus 2023   10:49 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai alasan terjadinya sinisme terhadap era simulasi. Pertama, keberadaan simulasi di segala lini kehidupan adalah penyebab pengikisan perbedaan antara yang nyata dengan yang imajiner; yang asli dengan yang palsu. Puncaknya adalah lahirnya konsep Hoax.

Kedua, sangat sulit membedakan yang nyata dari yang palsu, sebab setiap kondisi yang ada saat ini adalah hasil perpaduan dari yang nyata dengan yang palsu. Ketika tidak ada lagi kebenaran substansial atas realitas, maka tanda (sign) tidak lagi melambangkan sesuatu. 

Seorang artis atau selebgram dengan jumlah pengikut yang banyak di media sosial selalu berusaha menampilkan foto diri yang mengespresikan kebahagiaan, keceriaan, dan keindahan hidup, juga caption berisi kata-kata bijak.

Namun, bisa jadi beberapa waktu sebelumnya ia mungkin mengalami kemalangan hidup: perpisahan, berita duka, kebangkrutan, konflik, dan lain sebagainya. 

Apa yang ditampilkan oleh artis tersebut adalah kenyataan yang telah disimulasikan; realitas yang telah dipilih. Maka memang benar, di dunia digita atau maya kita sulit membedakan mana yang asli, dan mana yang palsu. 

Senyum artis di media sosialnya itu apakah pertanda kebahagian. Jawabnya: belum tentu. Ulasan Baudrillard tentang dunia simulasi di dalam buku Simulacra and Simulation menemukan banyak relevansi dengan keseharian kita saat ini.

Pilihan Hari Ini: Struktur vs Agensi

Pada akhirnya, semua kembali pada kita, membiarkan dunia simulasi mengurung kita dalam kepalsuan hidup, atau menunjukkan sikap resisten. Jika mengikuti alur teori strukturasi, tindakan sosial, dan agensi milik Anthony Giddens, ilmuwan sosial Inggris, dunia kita hari ini merupakan sebuah struktur yang mengarahkan kita pada sikap atau tindakan tunduk terhadap digitalisasi kehidupan, serta fetisisme kepada media sosial. Maka, diperlukan sebuah agensi untuk setidaknya mencoba mengubah struktur yang menindas tersebut.

Atau, biarlah kita cukup puas, eksistensi kemanusiaan kita diwakili oleh avatar-avatar di dunia maya yang serba digital. Asli, tapi palsu. Itulah dunia simulakra.

Sumber Bacaan:

F. Budi Hardiman, Filsafat modern: dari Machiavelli sampai Nietzsche, 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun