Mohon tunggu...
Rangga Ananda
Rangga Ananda Mohon Tunggu... Musisi - Mahasiswa UPI

Bermusik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan bersama Musik dan Alasan Saya Memilih Spesialisasi Vokal

23 Desember 2022   20:17 Diperbarui: 23 Desember 2022   20:32 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RANGGA ANANDA 

Lahir di Bandung. 7 juni 2003 kota Lembang. Memulai pendidikan SD di SDN Barulaksana di daerah Lembang 2009-2015. SMP Kahuripan 2016-2018. SMA Negeri 2 Lembang 2019-2021.

Setiap manusia memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda dan tentunya bersama dengan tantangannya masing-masing, begitupun dengan saya yang berkecimpung di dunia musik tanah air ini. Dipertemukan dengan musik oleh orang tua pada saat saya berumur enam tahun dan bernyanyi di acara-acara kecil seperti HUT RI, perlombaan sekolah dan acara keagamaan.

Dipertemukan dengan Musik

Berawal dari Bapa yang suka menyetel lagu-lagu lawas dan Ibu yang selalu bershalawat setiap hari dan pada saat itu saya hanya tahu bahwa musik itu hanya sekedar bernyanyi hingga pada saat saya berumur 12 tahun sebagai kado ulang tahun bapa membelikan Drum untuk saya, pada awalnya saya bingung kenapa harus Drum yang dimana saya pada saat itu saya lebih suka bermain game console daripada musik, tetapi mau tidak mau saya harus menerimanya karena itu pemberian.

 

Belajar Drum

Karena dihadiahi alat musik maka sangat keterlaluan jika tidak mau mempelajari serta memainkannya, bersama dengan Bapa saya diajarkan cara  memainkan beat, bapa mengetahui hal itu karena memang bapa pemusik juga tetapi dia seorang guitaris maka kurang juga pengetahuan tentang Drum, jadi dia memanggil temannya yang berkarir di bidang musik setiap seminggu sekali untuk mengajarkan saya tetapi hal itu tidak berkunjung lama karena kesibukan dia, pada awalnya saya memutuskan untuk autodidak tetapi bapa menyarankan saya untuk masuk les Drum di daerah Bandung bernama Tataloe Music Percussion.           

Les Drum

Masuknya saya ke SMP berbarengan dengan masuknya les Drum saya, seminggu dua kali sepulang sekolah saya pergi diantar saudara saya untuk les Drum, di Tataloe saya diajarkan cara melatih pergelangan, memukul, memegang stick drum dengan benar serta diajarkan untuk membaca notasi.

Selain mempelajari Drum di Tataloe juga saya dipertemukan dengan perkusi karena pada awalnya Tataloe pada tahun 1999 merupakan kumpulan personel mahasiswa Seni Musik UNPAS yang mengeksplorasi bunyi dari bahan-bahan bekas seperti wajan, panci, velg mobil, paralon, botol dan lainnya yang dibunyikan dengan ritmik yang terstruktur hingga menghasilkan warna bunyi yang kebih kaya dan berbeda, beruntungnya saya les di sana karena mendapatkan beberapa ilmu yang mungkin tidak didapatkan di tempat les lainnya.

Mulai Autodidak 

      Belajar di Tataloe tentunya mendapatkan banyak ilmu selain hanya latihan belaka saya juga kadang mengikuti acara-acara mereka untuk memainkan alat bekas yang sudah menjadi keunikan Tataloe dan puncaknya saya bisa tampil di salah satu acara Tv nasional. Tetapi kebersamaan bersama Tataloe hanya kuat sampai 6 bulan saja karena kesulitan ekonomi keluarga pada saat itu.

Tidak mau memberatkan mereka pada saat itu jadi saya memutuskan untuk autodidak. Memasuki era modern tentunya pembelajaran bisa ditemukan dimana saja seperti yang dirasakan oleh saya pada saat itu, saya melanjutkan mempelajari drum melalui Youtube, Website dan menghapalkan lagu lagu mp3, setiap hari saya latihan serta menghapalkan lagu-lagu random dan terasa 2 tahun berlalu dan saya akan memasuki SMA.

 

 

Berkenalan dengan Musik

            Mungkin jika ada yang bertanya saya sudah mengenal musik atau belum mungkin saya akan menjawab " Belum " karena saya masuk perguruan tinggi pun ingin mengenal lebih dekat tentang Seni yang satu ini yang berawal dari hadiah jadi sesuatu yang menjadi acuan saya untuk bergerak lebih maju, karena saya sadar kalau musik bukan sekedar manggung-manggung belaka, walaupun pada akhirnya mungkin saya akan melakukan hal tersebut.

Naik panggung

Beranjak dengan usia remaja akhir serta  kemampuan drum saya yang mulai cukup, di SMA saya mulai memperlihatkan kemampuan bermain saya dengan memenangkan beberapa lomba tingkat SMA, mulai berani menerima tawaran bermain Band dan mencari rupiah di acara nikahan, ulang tahun, reuni dan cafe/restoran. Semua itu saya lakukan untuk menambah jam terbang saya karena tanpa sengaja saya bercita-cita ingin jadi seorang musisi.

  • Membuat Konten

Untuk menambah tautan saya kepada para pemusik lain, pada saat itu saya membuat konten musik setiap minggunya yang di upload  ke Youtube dan Instagram yang dalam harapan saya akan menambah relasi musik saya. Bersama teman-teman saya berusaha menjangkau lebih banyak orang dengan konten-konten kami tetapi selang dua tahun saya tidak mendapatkan apapun darisana hingga saya memutuskan untuk tidak melanjutkan  konten-konten saya karena kebetulan pada saat itu saya juga sibuk mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi.     

 

  •  
  • Dekat dengan Musik 

Masuknya saya ke perguruan tinggi tentunya jadi kebanggaan tersendiri karena siapa sangka orang yang malas belajar seperti saya bisa masuk UPI, pada awalnya saya merasa bahwa kemampuan saya lebih dari cukup tetapi pada saat masuk perkuliahan beberapa orang hebat berkumpul di satu gedung yang sama, pada saat itu saya kadang minder tapi saya juga sadar kalau proses dan keunikan seseorang berbeda-beda dan kita hanya harus tetap berusaha.

Musik Tradisi

Sebagai warga negara indonesia yang berada di dunia musik sangat keterlaluan jika tidak mempelajari musik Nusantara yang merupakan budaya asli Indonesia, pada awalnya saya pikir mempelajarinya sangat mudah tetapi pada nyatanya dasarnya juga sangat sulit dan nada-nada yang ada terasa asing ditelinga saya.

Terbiasa dengan tujuh nada yang merupakan budaya luar sedangkan mendengarkan lima nada yang merupakan tercipta di negara sendiri saja sudah kebingungan, apalagi di yang di pelajari di gamelan ada beebrapa laras yaitu Degung, Salendro, Pelog dan Bali dan itu yang diajarkan di perguruan tinggi dan entah musik apalagi serta laras apalagi yang belum saya ketahui di negara yang kaya akan budaya ini. Pada saat itu saya semakin dibukakan mata bahwasannya musik seluas ini.

Kuliah Musik

Memasuki perkuliahan serta pembelajaran musik yang lebih serius membuat saya pada saat itu kewalahan untuk memahami pembelajaran, karena saya pada awalnya hanya tau main saja tanpa memahami semua dasarnya seperti apa, tetapi untungnya saya bisa mengejarnya tetapi tentunya tidak semahir teman-teman yang bersekolah di musik, berbeda dengan saya yang bersekolah di sekolah menengah yang kurang dukungan akan musik, tetapi hal itu bukan masalah bahwasannya hal itu kembali lagi pada diri kita masig-masing. Pembelajaran kuliah masih terus berlanjut karena saya juga masih semester tiga dan tulisan ini merupakan salah satu tugas uas saya.

Belajar Gamelan

Untuk pertama kalinya saya bisa melihat gamelan secara langsung karena pada semester dua diadakannya mata kuliah Gamelan degung, disana saya belajar cara membaca notasi yang merupakan dasar dari mata kuliah Titilaras dan Karawitan Dasar, mempunyai dasar memukul dari Drum ternyata kurang menguntungkan karena teknik bermain yang berbeda. Pemakaian notasi angka pada musik karawitan sebenarnya tidak beda jauh seperti notasi angka pada musik barat dan untungnya musik-musik yang dipelajari hanya berbirama empat per-empat dan sangat bingung sepertinya jika ada birama yang bukan empat per-empat. 

Pada saat itu saya berpikiran apakah bisa jika notasi angka gamelan diubah menjadi partitur yang dipake dimusik-musik barat, ternyata pada saya masuk semester tiga ini saya diperkenalkan dengan Ensemble Kyai Fatahilah yang merupakan unit minat bakat Gamelan Kontemporer dan saya mempelajari memukul gamelan dengan partitur yang dipakai dimusik barat.

Disini keterampilan Drum saya bisa terpakai karena terpakainya latihan sticking saya walaupun membaca notasinya masih sangat kesulitan sampai saat ini, mempelajari gamelan kontemporer ini membuat saya antusias hingga buah akan latihan gamelan ini bisa membuat saya tampil bersama teman-teman di acara Infinite Gamelan.

Yang dimana acara itu merupakan acara Kyai Fatahilah sebelum keberangkatan ke eropa, tampil dengan tantangan yang berbeda membuat ketegangan yang baru bagi saya, karena itu pertama kalinya saya perform bersama gamelan dan langsung memainkan karya kontemporer dan kebetulan pada saat itu pr saya sebagai pemula dikatakan sulit karena saya memainkan tiga alat yang terdiri dari saron, bedug dan bonang.


4. Spesialisasi Preparation

Bertemu dengan Dosen-dosen hebat musik serta dikelilingi teman-teman baru yang sama hidup di dunia musik membuat wawasan tentang musik saya semakin luas, walaupun kadang membuat telinga dan otak saya kebingungan sendiri, selang satu semester tidak terasa hingga masuk semester dua yang dihadapkan dengan spesialisasi preparation pada awalnya saya sudah berniat untuk masuk spesialisasi Perkusi/Drum tetapi ternyata di UPI spesialisasi itu tidak ada dan kata dosen dosen lain spesialisasi itu jarang ada peserta didiknya ataupun dosen pengajarnya, dan  mau tidak mau saya harus memilih selain perkusi dan yang mendekati saya akan semua pilihan spesialisasi itu hanya guitar dan vocal dan pada akhirnya saya memilih vocal untuk tanda pengenal saya di program studi musik ini.

Vocal

Pada saat saya kecil saya memang sering diajarkan bernyanyi oleh ibu dan diiringi gitar oleh bapa, jadi tarik suara sudah tidak asing bagi saya walaupun teknik bernyanyi saya masih dikatakan sangat kurang, satu semester bersama spesialisasi vocal saya mendapatkan banyak ilmu dari Dosen pembimbing saya hingga saya berani tampil dipanggung, regular di cafe dan acara-acara lainnya, walaupun saya memilih dan serius di bidang tarik suara, saya tetap tidak akan menghilangkan jati diri saya sebagai Drumer.


Kesimpulan

Perjalanan hidup merupakan proses perjuangan tanpa henti, ditaburi mimpi dan dinyatakan dengan tekad sama halnya perjalanan musik saya yang terus berlanjut. Berawal dari mendengarkan lagu, shalawat dan hadiah ulang tahun dari orangtua saya membuat saya semakin tertarik  dengan musik dan ingin mengenalnya lebih dalam lagi, karena itu saya mempelajari, mencari relasi dan masuk perguruan tinggi, semuanya seperti halnya sebuah kebetulan tetapi saya yakin adanya saya di dunia musik merupakan hal yang tepat bagi saya, dan semoga perjalanan yang masih berlanjut ini membuahkan hasil yang pada akhirnya bisa membuat saya memberikan hadiah kepada orangtua saya


    • TERIMAKASIH  J
    •  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun