"Aku cebolang anakmu" jawab pemuda itu
"Anakku Cebolang telah mati sepuluh tahun lalu,"
"Aku tidak mati ibu, nyi roro kidul merawatku selama ini, Aku berhasil menyelinap dan pergi dari kerajaanya"
"Mustahil" kata centini sambil membanting pintu.
Hari itu berakhir dengan kebingungan yang membebani pikiran centini. Berbagai pertanyaan mengusik kedamaian jiwanya.Â
Dan pemuda itu masih duduk-duduk di pelataran, menunggu centini memperbolehkannya masuk. Melihat kegigihan pemuda itu centini mempersilahkan masuk dan membuatkannya makan malam.
" Cebolang sangat menyukainya, jika kau memang dirinya, kau pasti menghabiskan makananmu,"
"Tentu saja Ibu." Pemuda itu menyatap masakan centini dengan lahap dan menghabiskan porsinya seperti permintaan centini.
"Kau boleh mandi dan tidur di kamar depan, bekas kamar wijo jiwo dan bekas kamar .."
Centini mendapati dirinya omong-omong dengan bangku kosong. Tetangga kanan kiri centini hanya bisa melempar iba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H