Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Yang Mereka Lakukan Sebelum Mati

7 Juni 2022   15:16 Diperbarui: 9 Juni 2022   16:32 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ombak laut. (sumber: max-okhrimenko - unsplash)

Dan setelah porsi makan siangnya habis, centini akan pamit dan esok akan kembali lagi, ke tempat itu. Tempat biasanya ibu anak ini bersantap siang dipinggir pantai yang panas. Begitu seterusnya sampai 10 tahun berlalu.

Cerita tentang cebolang dan ibunya tersebar kemana-mana. Sakral ceritanya menandingi pamor nyi roro kidul. Masyur dibawa sepanjang hamparan pasir pantai, sejauh ujung laut dan seperih luka menganga yang terendam air garam.

Sampai pada suatu hari seorang pemuda datang menemuinya dan mengaku bahwa ia adalah cebolang.

Siang itu centini pergi kepantai seperti biasa, dengan rantang yang tergenggam di tanggannya dan capin untuk melindungi kepalanya dari terik. Hanya orang gila yang pergi kepantai di siang bolong, atau orang seperti centini.

"Ibu, aku cebolang bu anakmu" ucap seorang pemuda pada Centini. Centini hanya diam dan melanjutkan makan.

"Ibu, aku cebolang bu anakmu" ucap pemuda itu lagi.

"Tidak kah ibu rindu padaku?, bukankah ibu kemari mencariku ?"

Yang ditanya tetap diam.

Setelah selesai makan centini segera berberes dan pergi tanpa meninggalkan kalimat apapun, meninggalkan pemuda itu tetap duduk disana.

Sesampainya di rumah, centini kaget bukan main, melihat pemuda itu telah ada disana. Duduk di pelataran persis seperti yang cebolang dulu biasa lakukan.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Centini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun