**
Sebungkus nasi berhasil saya bawa pulang. Hasil penjualan kardus dan botol bekas, tak tau lah setelahnya bakal dipakai untuk apa, yang jelas perut saya dan bapak harus terisi malam ini. Seandainya saya jual sepeda yang tadi saya temukan, saya akan ungkang-ungkang selama dua hari tak perlu memulung.
Tapi bapak akan ngomel, sebab bagi-nya itu masuk ke ranah malas, dan malas timbul karena lelah dan lelah adalah musuh besarnya. Tidak rela bapak membiarkan anaknya berpihak pada musuh.
Untung bapak punya langganan penjual nasi. Sedari dulu bapak dan ibu sering berlama-lama menghabiskan waktu di warung itu kenang bapak sambil makan.Â
" Tempatnya tersembunyi, cocok sebagai tempat orang-orang seperti kami" katanya
" Saya juga sering lari kesana waktu ada razia" saya membenarkan
" Bapak bangga padamu mus"
" Makan pak, sudah waktunya bapak berjaya kembali" saya mempersilahkan, bapak meng awe-awe kearah saya untuk ikut menyatap nasi
" Baiklah nak, sekarang ceritakan tentang gadis yang tadi kamu temui?"
" Bagaimana bapak tahu?"
" Matamu memberitahukannya"
" Bagaimana bisa mata menyampaikan berita pak?"
" Jangan meremehkan bapakmu ini, anak muda. bukankah dia cantik?"
saya mengangguk
" Bapak juga mengalami nya saat bertemu ibumu, Bukankah kamu tahu begaimana gerak-geriknya seperti sedang melihat masa depan he ?. Bukankah kamu merasa pernah melihatnya di masa lalu ?, Bukankah kamu ingin "
Kalimatnya berhenti dihadang batuk yang berkelompok. Bapak sampai susah mencari nafasnya setelah pengeroyokan itu.