Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Keberanian untuk Aling

17 Maret 2022   09:49 Diperbarui: 7 April 2022   14:41 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://1cak.com/1966088

     Walaupun saya tidak menatap mata aling, rupanya jarak sedekat ini cukup membuat saya tergetar-getar.

Saya sampai sering salah membedakan mana kertas mana kulit aling, sebab saking putihnya. Kadang-kadang saya berfikir telah menunjuk huruf arab namun ternyata keliru menjawil lengan aling.

Dan ketika aling sadar kulit lembutnya tertusuk biting bambu ia menoleh pada saya dan mengatakan bahwa saya salah tunjuk, lalu saya akan malu dan semakin gemetar. Setelah hari-hari berlalu aling mulai terlihat dekat dengan saya dimanapun.

Suatu ketika, setelah selesai sembahyang taraweh; Saya sibuk merapikan langgar bersama bapak dan setelah semua pekerjaan selesai bapak pulang ke rumah mendahului saya, tinggalah saya jadi juru kunci langgar.

Saya ditugaskan mengunci pintu depan, pintu samping kanan, pintu samping kiri dan pintu toilet. Setelah pintu depan-kanan-kiri lengkap terkunci kemudian saya pindah ke pintu toilet, dan ketika datang giliran pintu toilet akan saya kunci, ternyata masih ada orang dalam toilet, rupanya baba ho.

Baba ho jatuh tersungkur di toilet dengan kepala bocor membentur tembok toilet. Bukan kepalang panik saya waktu itu, secepat kilat saya pergi menyusul bapak dan mengabarkan apa yang baru saja saya saksikan.

Setelah saya kembali ke langgar dengan bapak ternyata aling sedang berdiri amping-amping tembok langgar, sepertinya mencari baba-nya. Saya langsung mengabarkan padanya mengenai baba-nya itu.

Seketika aling melejit menjerumuskan dirinya ke pintu toilet. Malam itu kami membawa baba ho ke rumah sakit untuk melarikan nyawanya yang sudah sedikit lagi tumpah dari wadahnya.

Beruntung benturan di kepalanya tidak sampai membuat baba ho lupa diri atau cedera parah, rupanya sebentar saja menginap di rumah sakit sudah membuat baba ho sehat seperti semula.

Dihari kepulangannya, saya menjenguk baba ho bersama bapak, dan rupanya saya telah salah langkah sejak saat itu. Saya janjian dengan bapak untuk pergi setelah selesai mengaji; tentu masih belum sempat pulang ganti baju.

Saya memang sedikit curiga dengan gelagat kusno waktu itu. Tapi mengingat dia adalah sahabat saya, saya jadi tak acuh dengan perbuatannya dan meyakini itu semata-mata niat baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun