Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Janda Sebelah Rumah

7 Februari 2022   11:54 Diperbarui: 19 Maret 2022   12:19 5114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingkahnya begitu santai tanpa meninggalkan firasat buruk barang sekali, bahkan terang terangan menyapa saya jika kedapatan berpapasan, walaupun setibanya di sekitar pemondokan si janda tua aneh itu ia akan berlaku seperti mengendap - endap dan berusaha tidak menimbulkan suara apapun ketika sedang membuka pintu.

Seseorang wanita muda dengan paras yang lumayan, saya taksir usiannya seumuran dengan saya saat ini. Ia membawa rantang setiap kali jam makan siang tiba, sambil mengendap-endap seperti pencuri yang tak hendak ketangkap basah.

Saya segera saja menyadari, bahwa sebenarnya saya terlalu berlebihan memikirkan janda itu, mengingat semua tetangga saya bersikap biasa saja terhadap janda itu.

Hari-hari berlalu. Walaupun tetap terasa mengganggu, saya mulai membiasakan diri dengan kehadiran si janda aneh ini, kemudian saya mulai memfantasikannya seolah saya sedang tinggal di dunia sihir dengan janda itu sebagai damentor-nya, bahkan saya mulai merapalkan mantra untuk mengusirnya, senada dengan Harry potter yang sedang mengucapkan sihir Patronum.

Tapi di pada suatu pagi si janda itu tidak datang, bahkan setelah saya repot-repot memasang kamera sisi tivi dan berdandan layaknya murid sekolah sihir hogwart untuk sekedar menguploadnya di tiktok sebagai lelucon. 

Janda itu tidak datang mengetuk pintu pemondokan saya pagi itu. Janda itu sedang sakit, begitu saya mendengar kabar dari beberapa tetangga yang sedang berkumpul di pelataran rumah si janda. Si janda sedang sekarat. Kemudian entah apa sebabnya perasaan iba tiba-tiba timbul, 

"sungguh wanita tua yang malang," ucap saya dalam hati

bahkan ketika saya bersikap sinis padanya, dia tetap datang mengetuk pintu rumah saya dan berjasa membangunkan saya dari pagi yang malas. Setidaknya saya ingin memastikan bahwa si janda itu akan baik-baik saja.

Beberapa orang kemudian menyarankan untuk salah satu dari mereka mengambil inisiatif menelpon Mas Durshaka.

Durshaka adalah orang yang pertama-tama saya temui bersama teman kerja saya dulu ketika hendak menyewa pemondokan disini. Kepadanya lah saya membayar uang sewa pemondokan, begitu pula dengan semua orang di gang buntu ini juga membayar kepadanya.

Saya sepakat memanggilnya mas shaka atas permintaanya setelah meneken persetujuan sewa-menyewa pemondokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun