Dan simbok pun tahu belaka, besok dia harus mencari padi lagi untuk ku ayak.
Memang hanya sisa-sisa.
Tidak mengherankan jika nasi-nya juga tidak begitu putih, tak seputih nasi yang ada di hadapanku sekarang ini. Simbok pernah berkata bahwa nasi putih adalah makanan para pendeta.
Barang siapa ingin di karuniai ilmu dari tuhan, harus mengamalkan poso mutih, yaitu puasa dengan nasi putih dan air putih saja untuk sahur dan buka, tanpa lauk dan sayur sama sekali.Â
Barangkali sebagai perlambang kesucian jiwa, memang kesucian jiwa adalah yang utama dimiliki sebelum kanuragan dan ilmu-ilmu lainnya.
Karena ilmu tak ubahnya sebuah tanggung jawab, jika nanti tidak di pergunakan untuk hal yang bermanfaat , maka celakalah empunya itu. Dulu simbok sering menyuruhku untuk poso mutih, kata simbok supaya aku di karuniai otak pintar.Â
Aku menurut saja karena memang di meja dapur simbok tidak menyediakan sayur dan lauk, jika ada tentu sudah aku curi dan kumakan sembunyi-sembunyi.
Aku santap bekal dari simbok dengan lahap.
Nasi putih dan sayur nangka muda buatan simbok ini adalah obat rinduku. Seminggu di kampung, seolah tidak mampu menyembuhkan sakit rindu yang ku derita ini.Â
Sayur nangka muda buatan simbok, masakan yang tidak bosan-bosannya membuat aku bosan. Bagaimana tidak. Dulu, hampir setiap hari simbok memasaknya.Â
Pagi, siang, sore, selalu saja aku jumpai setiap kali pergi ke dapur untuk makan.