Seni dekorasi dan kebudayaan baris-berbaris sebagai pijakan karya-karya brilian berikutnya.Â
Industri film, industri fashion dan gedung-gedung dan pabrik-pabrik semuanya larut dalam kegairahan. Seluruh negeri berbenah untuk kemakmuran.
Manusia tamak lahir dari setiap lubang kancing pakaian mereka sendiri, kasih sayang berubah menjadi kebinatangan yang mesra dan intens.Â
Jagat dunia menjadi riuh dengan penciptaan serba baru, revolusi berbuih di segala lini. Jaman itu menamai dirinya sebagai The Roaring Twenties. Manusia-manusia tamak terus tumbuh saling merajai antara satu dengan yang lain.Â
Jagat ikut bersuka cita karena perang yang memporak-poranda kandung badannya tidak berlangsung lagi.
Tubuh jagat kini menjadi lebih berkilau dan lebih padat dari sebelumnya, tanah-tanah di lumuri aspal, gedung gedung kokoh, alat-alat praktis tercipta dengan ukuran sebesar hunian manusia.
Hiburan -hiburan berterbangan seperti debu, aktor-aktor mulai mempelajari cara berbohong yang meyakinkan.
    Tidak lama setelah itu perang kembali muncul di permukaan dengan sapuan gelombang yang lebih dahsyat dari sebelumnya.
Jagat kembali riuh oleh peperangan, dan bahkan manusia-manusia tamak mencipta nuklir yang dapat membunuh ratusan juta jiwa manusia dengan sekali menekan tombol.
Kelompok-kelompok mulai terbentuk untuk saling beradu kebolehan. Tidak terhitung banyaknya jiwa manusia di tumbal-kan di altar persembahan perang dunia.Â
Bahkan yang selamat ikut menyumbangkan anggota tubuh mereka sewaktu di pertempuran, sebelah kaki, betis, tangan, hanya kepala yang tidak hendak mereka sumbangkan, karena tanpa isinya manusia tidak dapat di sebut sebagai manusia lagi.