Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Makhluk Tamak Yang Namanya Tidak Boleh Di Sebut

28 Januari 2022   14:30 Diperbarui: 19 Maret 2022   11:31 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Kelompok yang berjaya mengambil alih jagat dan memperbudak pecundang perang. Kedamaian di setujui dengan kebencian yang di sembunyikan di dasar palung yang lebih dalam dari mariana.

Roda siklus kembali berputar dengan proporsinya dan makhluk tamak datang dengan kendali yang lebih lembut dan lebih luas seperti selimut yang terhampar menutupi jagat. Kali ini tidak ada manusia yang bisa lari lagi dari mata kerucut itu.

Mereka mengikatmu dengan benda sakral bernama uang, tidak ada manusia di jaman ini yang mampu membatalkan sihir uang untuk diri mereka sendiri, bahkan jika mereka mampu pun, mereka akan segera dilibatkan urusan dengan manusia lain dan melibatkan uang juga pada akhirnya.

Mereka akan menempatkanmu di tangga paling bawah, sehingga setiap kali kau naik selalu ada manusia di atasmu.

Dalam dekapan laju perkembangan intelektual dan teknologi, mereka kembali mengusik dengan perang-perang mereka, walau perang yang ini tidak menggunakan bedil, tetap saja ada pihak yang kalah dan pihak kalah bertahan hidup dari menjilat kaus kaki pemenang.

      Teknologi semakin canggih, senjata bedil tidak ubah sebagai gertakan belaka, tetapi niat untuk menguasai tidak berubah dari tabiat mereka.

Setiap iming-iming membutakan mata kita untuk ikut terjun kedalam api dan atau membeku kedinginan dengan tipu daya mereka.

Manusia tamak telah merajai jagat dunia tanpa siapapun sadar sampai sesaat sebelum mereka mati.

       Mereka yang mati tentu telah terilhami pengetahuan sehingga mereka paham juga pada akhirnya, mereka yang mati mengasihani yang hidup.

Bagaimana anak keturunan mereka tentu akan sengsara, jika sadar posisi mereka di saat ini. Walau begitu manusia tamak yang lebih kecil tetap saja bermunculan dari sendi-sendi kemakmuran palsu.

Mereka bermimpi melompat menuju kemakmuran lain yang belum pernah mereka cicip rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun