Sementara itu Ocean yang sudah begitu lama berada di Lorong Bawah Tanah dan terus berkeliling berusaha keras untuk tak melalui rute-rute buntu yang telah ia lalui. Ia mempelajari lorong-lorong seperti labirin ini di banyak permainan video game. Walau tampak serupa, tentu ada benda yang bisa jadi pembeda. Setiap pertengahan perempatan yang ia lalui tapi tak membawa hasil, diletakkannya sebuah botol kosong. Jadi ia tak perlu melalui tempat itu lagi.
Dan akhirnya menjelang habis redupnya tenaga dan cahaya senter yang ia bawa sedari kemarin, setitik cahaya dari dunia luar pada lantai berlumpur mengejutkannya. Ia menengadah.
Sedikit saja lebih tinggi di atasnya, sebuah lubang kecil memasukkan cahaya matahari, sementara beberapa ekor tikus tampak leluasa keluar masuk melaluinya. Ocean tersadar, lorong ini memang dahulu dirancang sebagai tempat persembunyian, bunker sekaligus jalan keluar darurat dari area puri seandainya terjadi hal-hal yang tak diinginkan!
Itu dia, jalan keluar dari sini walaupun tak tembus ke dalam puri!
Pemuda itu bersorak gembira. Hanya perlu mencari beberapa kotak tua untuk memanjat dan menggapai lubang yang ternyata adalah bagian dari sebuah jendela besi rahasia yang dengan mudah dibuka dari dalam. Sedikit seret karena karatan, namun Ocean berhasil memanjat keluar dari dalamnya untuk menemukan dunia luar kembali!
'Di manakah aku muncul? Sepertinya di area hutan, dan hari juga mulai senja... Sebaiknya aku segera pulang ke puri sebelum malam tiba.'
***
'Flashback' ke beberapa saat sebelumnya.
"Aku tahu siapa kau."
Lilian dan Earth yang masih belum mengakui identitasnya kini berada di paviliun tempat tinggal baru Lilian. Wanita itu terburu-buru mengunci pintu dan tampak cemas memastikan tak ada seorangpun yang mendengarkan mereka.
"Lilian?" Earth menatapnya tajam, tak terlalu terkejut, namun juga dibuat terpukau dengan tajamnya naluri dokter wanita ini.