Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 77: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

27 Juli 2023   08:27 Diperbarui: 27 Juli 2023   08:28 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Aku juga bingung. Pedang Terkutuk bisa ada di tangan Emily yang muncul entah dari mana. Lalu kakakku yang terlihat asing hari ini. Mereka berdua seperti menyembunyikan sesuatu. Hanya pendapat pribadiku saja, Lilian." ungkap Sky dengan suara kecil.

"Setelah ini aku akan bicara empat mata dengan Ocean." Lilian setuju. "Kau dan Emily pulang duluan saja ke puri. Dan tetaplah berhati-hati selama entah siapapun di bawah sana masih berusaha masuk ke dalam. Kita belum dapat menangkapnya maupun melukainya, selama ia belum kita kenali."

"Baiklah. Hati-hati juga, Lilian. Kurasa Hannah juga masih belum menyesali perbuatannya. Atas tindakan pembunuhan petugas jaga yang ia akui, ia pun patut kita amankan semaksimal mungkin."

Baca juga: Sincerity

Di dalam kamar Hannah, Emily masih memandang Earth yang baru saja sekali lagi meluapkan amarahnya kepada Si Tua. Melihat perangai sang kembar ketiga itu, ia terjepit antara prihatin sekaligus takut. Ia ingin mempersatukan ketiga pemuda ini, namun perhatian khusus yang ditunjukkan baik Earth maupun Ocean membuatnya senang sekaligus resah.

"Jangan takut. Aku takkan buru-buru menghabisinya. Aku akan memperlakukannya seperti ia dahulu memperlakukanku selama hampir 23 tahun." ucap Earth dingin.

Emily terburu-buru menarik lengan Earth menjauh, "Cukup. Ayo kita kembali saja ke puri menyusul Sky. Ia akan curiga bila kau berlama-lama di sini. Dan menurutku... aku bukannya bermaksud mengusirmu, tapi sebaiknya bila Ocean muncul kembali, kau.."

Earth meletakkan jarinya di bibir Emily, "Ssshh, iya, aku tahu, aku harus pergi lagi."

"Ocean?" panggil Lilian dari depan kamar. "Aku ingin bicara berdua saja denganmu."

"Baiklah. Kau duluan saja." Earth seakan tak rela melepaskan Emily, seakan khawatir inilah momen terakhir mereka bertemu dalam penyamarannya sebagai sang kakak kembar.

***

Sementara itu Ocean yang sudah begitu lama berada di Lorong Bawah Tanah dan terus berkeliling berusaha keras untuk tak melalui rute-rute buntu yang telah ia lalui. Ia mempelajari lorong-lorong seperti labirin ini di banyak permainan video game. Walau tampak serupa, tentu ada benda yang bisa jadi pembeda. Setiap pertengahan perempatan yang ia lalui tapi tak membawa hasil, diletakkannya sebuah botol kosong. Jadi ia tak perlu melalui tempat itu lagi.

Dan akhirnya menjelang habis redupnya tenaga dan cahaya senter yang ia bawa sedari kemarin, setitik cahaya dari dunia luar pada lantai berlumpur mengejutkannya. Ia menengadah.

Sedikit saja lebih tinggi di atasnya, sebuah lubang kecil memasukkan cahaya matahari, sementara beberapa ekor tikus tampak leluasa keluar masuk melaluinya. Ocean tersadar, lorong ini memang dahulu dirancang sebagai tempat persembunyian, bunker sekaligus jalan keluar darurat dari area puri seandainya terjadi hal-hal yang tak diinginkan!

Itu dia, jalan keluar dari sini walaupun tak tembus ke dalam puri!

Pemuda itu bersorak gembira. Hanya perlu mencari beberapa kotak tua untuk memanjat dan menggapai lubang yang ternyata adalah bagian dari sebuah jendela besi rahasia yang dengan mudah dibuka dari dalam. Sedikit seret karena karatan, namun Ocean berhasil memanjat keluar dari dalamnya untuk menemukan dunia luar kembali!

'Di manakah aku muncul? Sepertinya di area hutan, dan hari juga mulai senja... Sebaiknya aku segera pulang ke puri sebelum malam tiba.'

***

'Flashback' ke beberapa saat sebelumnya.

"Aku tahu siapa kau."

Lilian dan Earth yang masih belum mengakui identitasnya kini berada di paviliun tempat tinggal baru Lilian. Wanita itu terburu-buru mengunci pintu dan tampak cemas memastikan tak ada seorangpun yang mendengarkan mereka.

"Lilian?" Earth menatapnya tajam, tak terlalu terkejut, namun juga dibuat terpukau dengan tajamnya naluri dokter wanita ini.

"Ya. Dari perilaku Thunder Runner yang aneh serta gesturmu, caramu berinteraksi dengan Sky, aku dengan mudah segera tahu kau bukan Ocean.

"Earth, apa yang kau lakukan terhadap Ocean? Dimana ia berada?" wanita setengah baya itu mendekati dan mendesak Earth. "Kau tak menyakitinya, bukan?"

Pemuda itu terpojok. Ia sebetulnya sangat menghormati Lilian dan ia tak ingin bermain peran sebagai Ocean di hadapannya.

"Aku, aku, aku sungguh-sungguh tak tahu dimana kakakku berada. Aku berada di sini secara tak sengaja karena membantu Emily." akhirnya ia mengakui semuanya, "Aku... aku jatuh cinta kepada Emily. Aku ingin bersamanya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun