"Aku juga bingung. Pedang Terkutuk bisa ada di tangan Emily yang muncul entah dari mana. Lalu kakakku yang terlihat asing hari ini. Mereka berdua seperti menyembunyikan sesuatu. Hanya pendapat pribadiku saja, Lilian." ungkap Sky dengan suara kecil.
"Setelah ini aku akan bicara empat mata dengan Ocean." Lilian setuju. "Kau dan Emily pulang duluan saja ke puri. Dan tetaplah berhati-hati selama entah siapapun di bawah sana masih berusaha masuk ke dalam. Kita belum dapat menangkapnya maupun melukainya, selama ia belum kita kenali."
"Baiklah. Hati-hati juga, Lilian. Kurasa Hannah juga masih belum menyesali perbuatannya. Atas tindakan pembunuhan petugas jaga yang ia akui, ia pun patut kita amankan semaksimal mungkin."
Di dalam kamar Hannah, Emily masih memandang Earth yang baru saja sekali lagi meluapkan amarahnya kepada Si Tua. Melihat perangai sang kembar ketiga itu, ia terjepit antara prihatin sekaligus takut. Ia ingin mempersatukan ketiga pemuda ini, namun perhatian khusus yang ditunjukkan baik Earth maupun Ocean membuatnya senang sekaligus resah.
"Jangan takut. Aku takkan buru-buru menghabisinya. Aku akan memperlakukannya seperti ia dahulu memperlakukanku selama hampir 23 tahun." ucap Earth dingin.
Emily terburu-buru menarik lengan Earth menjauh, "Cukup. Ayo kita kembali saja ke puri menyusul Sky. Ia akan curiga bila kau berlama-lama di sini. Dan menurutku... aku bukannya bermaksud mengusirmu, tapi sebaiknya bila Ocean muncul kembali, kau.."
Earth meletakkan jarinya di bibir Emily, "Ssshh, iya, aku tahu, aku harus pergi lagi."
"Ocean?" panggil Lilian dari depan kamar. "Aku ingin bicara berdua saja denganmu."
"Baiklah. Kau duluan saja." Earth seakan tak rela melepaskan Emily, seakan khawatir inilah momen terakhir mereka bertemu dalam penyamarannya sebagai sang kakak kembar.
***