Bagaimana mungkin? Dan mengapa harus ada yang terbunuh dan terluka hanya karena sesuatu di masa lalu?
Hannah dan Lilian mengetahui lebih banyak dari yang selama ini kukira. Emily juga. Sejak kehadirannya, ia tak hanya menimbulkan kelembutan dan cinta. Ia memicu sesuatu yang selama ini tertidur pulas.
Astaga. Puisi ayahku 'Kutukan Angka Tiga' mungkinkah sebenarnya bukan hanya tentang kesedihan belaka. Bukan hanya sebuah karya seni pelampiasan atau memori suram belaka.
Ayah. Earth. Aku belum begitu mengerti. Aku harus segera keluar dari sini dan menemukan jawabannya.
Belum lagi ancaman Hannah akan adanya suatu kejutan pada ulang tahunku dan Sky yang tinggal menghitung hari.'
***
(Point-of-view Earth Vagano:)
'Aku baru pertama kali masuk ke kamar Ocean kakak kembar yang belum pernah kujumpai. Ya, bahkan kakak keduaku Sky tadi tak mengira aku bukanlah dia, melainkan kembaran yang selama ini terlupakan.
Aku bebersih, merapikan diri dan mengenakan salah satu busana kakakku yang kutemukan dalam lemarinya yang begitu mewah dan besar. Sungguh ironis dengan semua yang sudah kualami. Tapi sudahlah, aku tak ingin memikirkannya lagi.
Selama aku sudah memiliki Emily.
Mungkin belum seutuhnya. Sebab gadis itu tentu masih memikirkan ciuman pertamanya dengan Ocean. Membayangkan semua tentang kakakku yang begitu istimewa itu.