Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse (Episode 91)

8 Mei 2023   09:50 Diperbarui: 8 Mei 2023   10:03 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku tak apa-apa, Orion, hanya masih sedih saja. Semua akan baik-baik saja, aku janji takkan lama-lama begini. Pegang setang motormu dengan baik, Sayang, nanti kita jatuh."

"Baiklah. Begitu kita tiba di depan gereja, ganti maskermu. Kau bawa cadangan, bukan?"

"Ya. Terima kasih sudah mengingatkanku. Sayang. Jangan bersedih lagi."

Perjalanan mereka berakhir. Keadaan di sekitar gereja sangat sunyi, entah itu hal yang menguntungkan atau patut diwaspadai.

"Kita ke kompleks penginapan para pendeta saja, barangkali Reverend James berada di sana!"

Rani sejenak membuka ransel, mengambil masker baru dan mengganti yang telah basah. Sempat dilihatnya sekali lagi bet kasti Leon yang tadi ia gunakan. Perasaan galaunya setelah 'melakukan pembersihan pertamanya' tadi belum dapat hilang, akan selalu terkenang dalam hidupnya.

"Bawa saja lagi bet itu, kita tak tahu kapan akan menggunakannya. Ingat, kita tak membunuh korban yang belum bereanimasi. Hanya zombie saja."

"Baik, Sayang."

Orion berjalan duluan, menyorotkan senter ke tanah agar tak memancing perhatian siapa saja yang mungkin muncul. Taman-taman di samping bangunan utama gereja mulai tak terawat, pertanda tak ada kegiatan maupun perhatian dari pengurusnya.

"Apakah Reverend James mengungsi atau pergi entah kemana?" Orion menemukan kompleks penginapan para pendeta juga tak berpenghuni. Gelap dan suram. Namun ia tak hendak mundur, diberanikannya diri untuk mengetuk pintu kayu utama bangunan berlantai tiga itu.

"Selamat malam, uh, pagi. Reverend James?" sapanya sambil mengintip lewat jendela utama yang tak tertutup tirai dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun