"Keluargaku sudah tiada. Ibu, ayah, kakak. Mereka mati. Aku satu-satunya yang tersisa. Aku... butuh... bantuan... Tolong aku!"
Rani terpana, membeku ketakutan, Orion juga menatap iba hingga lupa bahwa anak yang mencoba berdialog itu sebenarnya...
"Orion, lihat matanya, ia sudah tiada. Ia sudah bereanimasi!" Rani mencoba menyadarkan suaminya. Diremasnya perlahan lengan Orion.
Pemuda itu nyaris meneteskan air mata, teringat kepada Russell yang gagal ia tolong dan mati, "Tetapi Rani, ia hanya seorang anak! Masih bisakah kita menolongnya, membawanya pulang agar diobati dokter Kenneth? Masih adakah harapan?"
Rani menggeleng, "Tidak... tak ada yang bisa kita lakukan! Mari segera ke sepeda motor!"
Anak itu maju.
"Cepat!" Rani segera menarik lengan Orion. Tetapi zombie praremaja itu juga cukup sigap. Ia sudah berada di depan pasangan yang masih terpaku di depan pintu! Kedua tangannya menggapai-gapai, sedikit lagi akan menyentuh wajah Orion. Dalam keremangan cahaya rembulan di balik kaca etalase, jelas jika ia sudah melewati tahap yang Russell lalui!
Di luar dugaan, Rani sigap merebut bet kasti dari tangan Orion. Apa yang terjadi berikutnya nyaris tanpa suara, namun cukup mendirikan bulu roma.
Buk, buk, buk!
Zombie yang hanya sedikit berusia di bawah Grace itu roboh di bawah kaki Orion. Kepalanya remuk. Tak ada lagi waktu untuk penyesalan, sebaliknya kelegaan luar biasa melanda si pemuda.
"Astaga! Kau baru saja menyelamatkan nyawaku, terima kasih banyak!" Orion seperti tersentak dari mimpi buruk, "Sekarang mari kita keluar dari sini sebelum kawanannya datang!"