Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 90)

8 Mei 2023   08:01 Diperbarui: 8 Mei 2023   08:12 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orion tahu Rani sangat cemas, segera ia berusaha menenangkan, "Hanya ada satu masalah, ada seorang anak tanggung seusia Grace. Tenang saja, tak usah takut. Mari kita coba keluar tanpa keributan! Senjata ini takkan kugunakan, kurasa aku akan menyimpannya saja, oke?" bisik Orion setelah berjongkok lagi, tak ingin membuat Rani panik. Ia tahu setiap langkah dan keputusan yang diambil akan sangat menentukan nasibnya dan Rani. Siapa tahu apa yang akan diperbuat sosok remaja itu, apakah ia berbahaya atau sebaliknya?

"Baiklah. Aku setuju! Tetapi jangan simpan dulu bet itu, pegang saja hingga yakin aman." Rani merasa jika pendapat Orion benar. Berbuat ceroboh apalagi menimbulkan suara berlebihan hanya akan memanggil kawanan zombie tadi datang kembali.

"Baiklah, maybe we'll need it just in case. Sekarang kita bergerak. Anak itu sedang asyik makan, semoga saja ia tak mendengar atau melihat kita. Keluar sendiri-sendiri, segera berlari menuju sepeda motor. Kau masih ingat di mana kita parkir? I meet you there, okay? Aku hitung mundur dan kau keluar duluan! Are you ready?"

Rani mengangguk.

"Tiga, dua, satu..."

Rani segera bergerak, tak ingin tahu lagi apa yang terjadi. Orion menyusul tepat di belakangnya.

Si anak sepertinya mulai merasa jika ada pergerakan udara tak jauh darinya. Perlahan sekali, ia menoleh...

Rani masih berada di pintu, menunggu Orion yang baru sampai di depan meja kasir. Pemuda itu tak dapat langsung beranjak. Ternyata tak semulus dan semudah yang ia rencanakan! 'Sesuatu' telah menahan langkahnya. Ia tak ingin mendengar atau melihat, tetapi juga tak kuasa berpaling.

"Kalian! Tolong. Aku hidup... hanya... merasa... lapar, haus, dan sesak..." Di luar dugaan, anak itu masih bisa bicara walau dengan suara parau. Dibuangnya bungkus makanan ringan yang telah habis ke lantai lalu mendekat ke arah Orion dan Maharani...

Langkahnya terhuyung-huyung seperti orang mabuk!

"Keluargaku sudah tiada. Ibu, ayah, kakak. Mereka mati. Aku satu-satunya yang tersisa. Aku... butuh... bantuan... Tolong aku!"

Rani terpana, membeku ketakutan, Orion juga menatap iba hingga lupa bahwa anak yang mencoba berdialog itu sebenarnya...

"Orion, lihat matanya, ia sudah tiada. Ia sudah bereanimasi!" Rani mencoba menyadarkan suaminya. Diremasnya perlahan lengan Orion.

Pemuda itu nyaris meneteskan air mata, teringat kepada Russell yang gagal ia tolong dan mati, "Tetapi Rani, ia hanya seorang anak! Masih bisakah kita menolongnya, membawanya pulang agar diobati dokter Kenneth? Masih adakah harapan?"

Rani menggeleng, "Tidak... tak ada yang bisa kita lakukan! Mari segera ke sepeda motor!"

Anak itu maju.

"Cepat!" Rani segera menarik lengan Orion. Tetapi zombie praremaja itu juga cukup sigap. Ia sudah berada di depan pasangan yang masih terpaku di depan pintu! Kedua tangannya menggapai-gapai, sedikit lagi akan menyentuh wajah Orion. Dalam keremangan cahaya rembulan di balik kaca etalase, jelas jika ia sudah melewati tahap yang Russell lalui!

Di luar dugaan, Rani sigap merebut bet kasti dari tangan Orion. Apa yang terjadi berikutnya nyaris tanpa suara, namun cukup mendirikan bulu roma.

Buk, buk, buk!

Zombie yang hanya sedikit berusia di bawah Grace itu roboh di bawah kaki Orion. Kepalanya remuk. Tak ada lagi waktu untuk penyesalan, sebaliknya kelegaan luar biasa melanda si pemuda.

"Astaga! Kau baru saja menyelamatkan nyawaku, terima kasih banyak!" Orion seperti tersentak dari mimpi buruk, "Sekarang mari kita keluar dari sini sebelum kawanannya datang!"

Bet di tangan Rani masih bergetar. Orion meraih dan menyimpannya di ransel lalu memeluk sejenak Rani yang masih ketakutan, "It's okay, Baby, it's okay. You just saved my life."

Rani mengangguk, minta maaf dan berdoa demi ketenangan korban yang baru ia 'bersihkan'. "Ya, Orion, semoga arwahnya sudah tenang sekarang. Mari kita lari menuju sepeda motor!"

Keduanya tak lagi menoleh ke belakang. Rasanya satu toko saja sudah cukup untuk 'dikunjungi' dini hari itu!

Kawanan zombie yang tadi melintas tak terlihat di mana-mana, namun siapa tahu mereka masih memiliki 'kesadaran kolektif' dan berbalik kembali mencari 'anggotanya' yang hilang!

"Sekarang kita ke ke mana, Sayang?" 

"Ke gereja, mencari Reverend James!"

***

Sementara itu, sosok misterius 'setengah zombie' yang masih bersembunyi di area tamu kompleks Delucas mulai resah.

Berapa jam lagi aku dapat bertahan? Hidupku takkan lama lagi. Keluar dari sini sekarang juga? Kurasa sangat tidak mungkin. Lady Rosemary kudengar telah memproteksi lahan ini sebaik mungkin dengan pagar listrik agar rombongan Edward tak bisa keluar! Jadi, bagaimana aku bisa menyelundup ke sana dan secepatnya menemui Orion Brighton?

Tetiba lampu di hampir seluruh kompleks di kejauhan padam...

(bersambung)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun