Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 73-74)

13 Maret 2023   06:45 Diperbarui: 13 Maret 2023   08:02 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desain pribadi

"Semoga zombie Russell tak benar-benar sadar jika kita ada di sini!" bisik dokter Kenneth dengan suara sepelan dan sekecil mungkin.

"Matanya pasti buta, ia tak bisa melihat kita, semoga dugaanku ini tepat!" balas si asisten.

"Untuk mengetahui benar tidaknya hal itu diperlukan diagnosis mendalam. Kita bisa lakukan segera... sekeluarnya kita dari sini hidup-hidup!"

Zombie Russell mulai melompat-lompat kuat setiap dua tiga detik sekali mendekati mereka. Situasinya mungkin akan terlihat lucu jika ini hanya sebuah prank Halloween, tapi yang ini kengerian nyata di hadapan dua pasang mata!

"This is so damned unreal!" dokter Kenneth dan stafnya hanya bisa menggeleng-geleng. Mereka bersiaga penuh sambil berusaha keras menekan-nekan gagang pintu yang tepat berada di belakang punggung agar terbuka.

"Ayo, terbukalah! Tak terkunci tapi mengapa sekarang jadi licin sekali, berputar-putar saja tapi tak bisa membuka? Sepertinya bagian dalam engsel sudah berkarat! Pintu sialan ini dan gagangnya pasti terbuat dari kayu sisa dan besi tua!" keduanya baru kali itu merasakan betapa tipisnya batas antara hidup dan mati!

Russell kini hanya berjarak sekitar setengah meter dari mereka, hanya dalam satu lompatan lagi ia akan segera tiba di hadapan Kenneth dan asistennya....

Tepat pada saat pintu itu akhirnya menganga terbuka dan Kenneth serta asistennya hampir saja jatuh terjengkang ke belakang!

Untuk sesaat mereka terlihat konyol, namun sadar harus menyeimbangkan diri dan buru-buru keluar! Kenneth membanting pintu dan segera menahan gagangnya dari luar. Ia tak yakin jika zombie Russell secerdas itu bisa meniru perbuatan manusia hidup.

"Anak kuncinya, cepaaaat!" Kenneth menitahkan si asisten mencari kunci, "Lab Barn ini belum dilengkapi sistem kunci elektronik canggih seperti di RS-RS utama Everlondon! Dasar bangunan tua pertanian dadakan!" ia terus memaki dan mengucapkan kata-kata apa saja yang terlintas dalam benak.

"Pasti ada salah satu dari belasan anak kunci tua ini! Tapi di sini masih sangat gelap, nomor di pintu dan nomor anak kuncinya belum kutemukan yang cocok!" si asisten masih panik mencoba-coba. Sejauh ini, masih belum beruntung.

"Cepaaat!" melalui kaca pintu, Kenneth dapat melihat Russell mendorong-dorong dengan tangannya yang tersisa. Sesekali dijilatnya kaca dengan lidahnya yang hitam bagaikan lintah. Ludahnya tentu saja lengket dan bau, meski tak tercium dari luar karena kaca pemantau itu cukup tebal.

"Huh, walaupun aku terbiasa bekerja dengan segala macam sampel limbah medis di lab, ini kini terlihat jauh lebih menjijikkan!" gerutu Kenneth, menahan pintu agar jangan sampai zombie Russell berhasil keluar.

Tetiba seperti keajaiban, deretan lampu utama kembali menyala terang! Si asisten berhasil menemukan anak kunci berangka sama dengan nomor pintu. Memasukkan anak kunci dan memutarnya dua kali agar yakin Russell takkan bisa semudah itu mendobrak, ia terlihat lega.

"Astaga, syukurlah, Anda baik-baik saja, Dok!" petugas jaga di luar menyambut lega, "Nona Rani baru saja keluar! Saya datang untuk mengunci kembali ruangan Tuan Orion!"

Ketiga pria itu sedikit meringis saat dalam terang benderang menyaksikan pintu ruangan isolasi Russell bergetar hebat seolah penghuninya sedang berusaha keras melakukan apa saja untuk bisa lepas dari sana. Raungannya bagai serigala liar menggema di seluruh penjuru Lab Barn.

Orion sedari tadi mencuri dengar semua yang terjadi. Ia tak berani bertindak atau menolong. Pintunya pun kini kembali dikunci dari luar.  Masih sekitar tujuh hingga delapan jam lagi baru ia boleh keluar dari sini jika diizinkan oleh dokter Kenneth.

Yang penting Rani tak apa-apa. Aku tak inginkan yang lebih dari itu. Semoga dia baik-baik saja! Rani, tunggu hingga aku keluar dari sini. Nanti kita pikirkan bagaimana caranya untuk bisa keluar dan menemui ibuku. Mama, tunggulah kami.

***

Rani sebetulnya tak langsung menuju main mansion. Ia tak ingin berkuda maupun piknik dengan Leon sementara keadaan genting baru saja berlalu. Dalam kegalauan ia malah mengembara di jalan setapak sepi kompleks Delucas. Entah kemana semua penghuni kompleks. Tak satupun bekerja di ladang maupun perkebunan, seolah-olah mereka sedang bersembunyi.

Kurasa kini aman untuk melepaskan baju hazmat yang sangat ketat dan panas ini. Pakaianku sendiri di dalam masih cukup bersih walau sempat berkeringat. Rani menanggalkan semua baju pelindung yang mirip kostum astronaut itu. Ia masih bermasker, antisipasi seandainya ia berpapasan dengan orang lain

Dilanjutkannya perjalanan mengelilingi kompleks.

Gadis itu tak tahu jika seorang pria dengan teropong jarak jauh sedang mengamati seisi area terbuka kompleks kediaman Delucas dari area perbukitan yang lebih tinggi. Pria yang sama dengan yang semalam berkunjung!

Aha... gadis asing yang cantik itu kelihatannya seorang 'tamu istimewa' yang sedang menikmati keamanan dan kenyamanan kompleksmu ini, Lady Rosemary! Tiba-tiba saja aku mendapatkan ide baik untuk memuluskan jalan masukku ke dalam 'safe haven' ini!

Rani sama sekali tak menyadari dirinya sedang menjadi pusat perhatian seorang pria aneh di kejauhan. Gadis itu keluyuran sambil melamun, pergi ke mana kakinya hendak melangkah.

Aku harus bisa bertahan di tempat aman 'yang mengerikan' ini. Jika saja tak ada kisahku dengan Orion, mungkin semua takkan jadi sepelik ini. Aku tak tahu haruskah aku bersyukur dengan keberadaan dirinya dan pernikahan rahasia kami, atau...

Gadis itu terhenyak. Di dekatnya, tepatnya di pagar hidup yang tinggi rimbun, tetiba terdengar suara-suara. Dedaunan rapat kecil-kecil itu gemerisik dan bergoyang-goyang, seolah-olah ada sesuatu atau seseorang yang sedang mencoba menerobosnya!

Hewan liar? Semoga cuma rusa atau hewan kelaparan sedang memakan tanaman atau... Rani bergidik.

Tetapi tidak! Bersamaan dengan gemerisik itu, terdengar geram dan erang pelan... sama seperti yang Rani baru-baru ini dengar di dalam Lab Barn.

"Zo-zo-zombie?" Rani tanpa sadar melangkah mundur. Ia tak berani mencari tahu, yang ingin dilakukannya saat ini hanya berbalik dan kabur dari sana! Ia sadar percuma saja berteriak meminta tolong karena tak seorangpun penjaga kompleks lewat di tempat sesunyi itu!

Baru saja Rani berbalik untuk ambil ancang-ancang, tetiba terdengar suara letusan senjata...

Dor, dor!

***

"Astaga! Mengapa Kenneth harus menggunakan genset di Lab Barn secepat ini?" Lady Rosemary tampak gelisah dan marah-marah kepada beberapa stafnya, termasuk Henry Westwood sang kepala pelayan.

"Maaf, Milady, menurut beliau, listrik Lab Barn tak boleh sampai padam! Tiba-tiba saja semua kelistrikan kompleks mati dan kita belum tahu penyebabnya. Saya rasa pembangkit tenaga listrik cabang Everopa di Chestertown telah jatuh! Jadi semua persediaan bahan bakar kita harus digunakan jika ingin pagar-pagar listrik tetap menyala!" Henry mencoba memberi penjelasan.

"Suplai bahan bakar genset kita termasuk cadangannya hanya akan cukup untuk beberapa bulan saja jika listrik terus dinyalakan selama 24 jam! Main Mansion juga harus tetap memiliki listrik, aku tak mau bangunan kita di malam hari jadi puri tua gelap menyeramkan seperti di film-film horor! Jadi, Lab Barn itu menurut kalian masih jauh lebih penting daripada kediamanku dan tempat tinggal kita semua?" Lady Rose belum selesai memuntahkan kekesalannya.

"Jangan khawatir, Milady. Jika terpaksa, kami akan bentuk pasukan darurat untuk keluar mencari bahan bakar tambahan di Chestertown, walau mungkin sudah tak ada toko atau agen yang menjualnya!"

Belum selesai rapat darurat itu, tetiba di kejauhan terdengar dua letusan senjata api...

***

"Si-siapa di sana?"

Rani merasa lututnya gemetaran. Dipeluknya diri sendiri seolah mencoba melindungi tubuh dari tembakan berikutnya. Suara tembakan itu sangat dekat hingga dikiranya dirinyalah yang baru saja menjadi sasaran. Tetapi bukan! Suara gemerisik di luar sana berhenti. Keadaan kembali sunyi.

Pasti itu hanya rusa yang ditembak seorang pemburu lokal yang sedang keluar mencari bahan makanan! Ya, berpikir positif saja! Aku tak ingin berada di sini lebih lama lagi! Segera kembali ke main mansion!

Rani pun berlari, menjauh dan menjauh...

Sementara di luar sana, pria yang sama dengan sang pengintai baru saja menurunkan senapan sniper-nya.

"Cih, sedang mengintip, ada saja pengganggu! Seharusnya gadis asing itu bisa kusandera sementara ada kesempatan emas! Tapi tak apa-apa, nanti-nanti saja! Ia kelak harus bersyukur dan berterima kasih kepadaku! Dua zombie yang mendekat ke kompleks baru saja terpaksa kubunuh, berkurang sudah cadangan dua butir timah panasku! Pagar hidup kalian yang tak lagi berlistrik tak cukup untuk melindungi! Rosemary, kau harus tahu sebenarnya biang keladinya adalah aku! Tetapi kau harus bersyukur juga, safe haven-mu masih kulindungi!"

Edward Bennet tergelak sendiri, lalu mengambil teropong lagi, menatap dua mayat zombie yang baru saja menjadi sasaran empuknya. Point blank, menembus otak. Sangat jitu.

Pendeta gadungan itu bergegas menaiki SUV-nya dan berlalu di jalan tebing yang sunyi.

***

Orion juga mendengar dua tembakan itu. Ia berharap tak ada lagi bahaya di kompleks. Semua yang Rose lakukan untuk melindungi kediaman besar dan semua penghuninya percuma saja tanpa listrik.

Walau lampu Lab Barn kembali menyala, kelihatannya belum demikian dengan bagian lain Kompleks Delucas. Pembicaraan dokter Kenneth dan orang-orang di luar masih berlangsung.

"Main Mansion dan seluruh pagar listrik rahasia di sekeliling pagar hidup dan perbatasan dengan area tetangga masih padam! Lady Delucas masih bersikukuh tak mau boros dan menyalakan semua listrik di kompleks. Beliau tadi marah-marah saat Tuan Westwood mengizinkan kami menyalakan genset Lab Barn tanpa restunya!" petugas jaga pertama melapor.

"Huh. Kurasa listrik di bangunan ini masih jauh lebih penting. Semua yang kita lakukan ini tak boleh sampai sia-sia!" Kenneth tak seberapa peduli. Pikirannya masih terfokus pada sosok Russell 'si zombie utuh', begitu ingin segera memulai observasinya!

"Dua tembakan di luar tadi..." si asisten mengingatkan, "Anda semua mendengarnya? Mungkinkah ada tamu zombie lagi?"

***

Leon Delucas mulai berkuda santai seorang diri semenjak tadi Rani berangkat ke Lab Barn. Tak disangkanya akan menunggu sebegitu lama. Ketika kembali ke ranch pada pukul sepuluh kurang, dilihatnya Rani belum juga muncul.

"Ada apa dengan Nona Rani? Apakah ia mencoba mengingkari janji?" kesal Leon sambil berputar dan memacu kudanya sekali lagi ke lahan Delucas. "Barangkali ia asyik mengobrol dengan Papa Orion dan mengabaikanku!"

Tetiba pandangan remaja itu tertumbuk pada set baju hazmat di rerumputan tepi jalan setapak.

"Hei, bukankah ini..."

Ia turun dari kuda dan memeriksanya. Tetiba terdengar dua letusan senjata api...

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun