Kehadiran Rani sedikit banyak membuat imajinasinya jalan. Ia menyukai wanita muda yang berusia sekitar tujuh tahun lebih dewasa darinya itu! Walau Leon belum tahu rasa suka seperti apa, ia ingin sekali bisa kenal lebih dekat dan 'berteman'.
Nona Rani tadi terlihat gelisah benar saat makan malam. Should I try to visit her for a while? Aku ingin tahu apakah ia baik-baik saja. Sungguh tak enak memperlihatkannya foto-foto deep web itu, barangkali ia mual dan tak suka dengan hal demikian!
Remaja itu beringsut keluar dari balik selimut dan ranjangnya dan akhirnya meninggalkan kamar tidur. Tak ada siapa-siapa di luar sana, semua aman terkendali.
Leon sudah mengenakan jaket, diam-diam menyelinap dari main mansion menuju paviliun nomor 17 tempat Maharani tinggal.
Pintu depan terkunci. Leon mengintip ke dalam lewat kaca jendela beranda yang tirainya sedikit terbuka. Lampu sisi ranjang masih menyala.
Tampak sosok berselubung selimut terbaring di single bed. Leon pertama menduga, itu tentu Rani. Bukankah gurunya pamit untuk beristirahat lebih duluan? Jangan-jangan ia letih, atau bisa juga shock!
"Maaf, Nona Rani. Are you alright? Aku harus datang memeriksamu walau keluargaku, terutama mamaku, tak peduli. Apapun kata orang nanti, I just don't care."Â
Leon mengeluarkan sebuah anak kunci bernomor 17 dari dalam saku jaketnya. Dimasukkannya ke lubang kunci, lalu diputarnya gagang pintu untuk masuk.
(bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI