Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(18+) Honey to the Moon: Mimpi Paling Liar

8 Februari 2021   10:18 Diperbarui: 8 Februari 2021   10:28 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi karya @wiselovehope

Joy diam-diam suka mengamati Rey, semua tentang Rey, wajah dan juga tubuhnya. Sedari pertama mereka bertemu dan pacaran, cowok imut yang satu ini sudah menarik hatinya. Dari senyumnya, cara tertawanya, suaranya yang rendah ngebas dan juga tenor bila sedang menyanyi atau tertawa, cowok banget. 

Herannya ia tak terlalu maskulin secara lahiriah. Justru cenderung manis dan hampir-hampir feminin, dengan kulit cerah cenderung tak berbulu kecuali di bawah lengan, sedikit di dada, dan uhh, bagian pribadinya tentu saja. Rambutnya pun sangat hitam legam dan lembut, berbeda dengan rambut Joy yang kaku, kasar, cokelat dan lebat seperti sapu ijuk. 

Rey betul-betul Berbi dalam wujud cowok, bukan Ken. Dan ia tetap cowok banget. Jakunnya menonjol, mata cokelat sipitnya yang tajam dan indah, dan tentu saja tubuhnya yang ramping. Joy suka sekali membelai pipinya dan tengkuknya yang halus, serta tentu saja mencium keseluruhannya. Aroma tubuhnya yang tetap enak walau sedang tak berparfum sekalipun, apalagi aroma tubuhnya saat bercinta.

Rey pun diam-diam suka mengulik Joy. Cewek ini dulu mengaku tak cantik. Iya sih, bukan tipe feminin. Joy bukan tipe 'kucing' melainkan singa betina alias alpha lioness. Jadi tak semua laki-laki bisa tunduk pada wanita seperti ini. Belum lagi tubuhnya yang bukan tipe peragawati. Joy langsing, tapi berisi. Pinggulnya besar, dadanya besar, dan ia juga sering mengeluhkan paha dan betisnya yang besar. Padahal di mata sipit Rey, Joy itu seksi. Rambut di kaki dan lengannya juga tak masalah, walau Joy kadang malu karena beberapa bulan sekali harus bercukur. Joy pun tak begitu malu-malu lagi ketika pertama kali Rey berhasil membawanya ke surga dunia tertinggi, dimana mereka yang masih begitu tak berpengalaman, sama-sama belajar. Kini sudah tahu, malah bertambah liar dan panas saja hubungan mereka!

Joy bernafsu cukup besar juga. Rey yang hanya berhanduk kecil menutupi pinggang dan pangkal paha saja sudah berhasil membuatnya kebat-kebit. Rasanya, ingin ia lucuti saja benda putih itu dan membuat pangerannya melayang-layang karena dimanja oleh mulut dan tangan Joy di miliknya itu. Lembut sekaligus keras. Joy yang dulu sempat merasa begitu jijik dan geli saat melihat foto intim close-up milik laki-laki random yang ditunjukkan Vie pegawai almarhum papa, tidak merasa begitu saat melihat punya Rey. Milik Rey bagaikan buah terlarang di Taman Eden, yang sekarang sudah tak terlarang lagi. Tentunya sangat manis dan lezat.

Begitu pula tubuh Joy. Rey bukan cowok munafik dan sok alim. Ia pernah mengoleksi foto-foto dan kartun Zepun yang banyak mempertontonkan bagian terlarang tubuh wanita. Walaupun begitu, rasanya sangat berbeda bila kini menatap, merasakan serta membelai tubuh istrinya.

Merasakan langsung dan melihat bagaimana seorang yang dicintai berada dalam pelukan, menikmati sesuatu yang menghujam dan dihujamkan pada raga. Merasakan sakit dan nyeri yang begitu lezat, yang bagaikan berdenyut dan mengalir di dalam diri, bagai letusan gunung berapi dan kembang api di cakrawala. Hanya sepasang manusia yang saling mencintai dan telah disatukan Yang Maha Kuasa, yang mengalami dan akan selalu dipersatukan olehnya.

Joy malam itu tertidur lelah di sisi Rey, mereka tadi sudah begitu nikmat melahap cokelat cair yang dimakan dengan cara tak biasa itu. Tapi tengah malam, Rey terbangun dan melihat handuk kemben Joy setengah terbuka, mungkin tergeser saat ia berguling.

"Joy, menggodaku melulu." ia tersenyum kesal, masa sih mau begituan lagi?

Tapi memang Joy dalam posisi terlentang begini sangat menantang, apalagi handuknya hampir lepas. Rey yang tadinya hendak membetulkan, malah tertarik untuk sedikit iseng menyingkapnya.

Heran, kok dua mustika kembar wanita yang bulat dan empuk itu bisa begitu menarik perhatian mayoritas laki-laki, baik bayi maupun dewasa. Kecil atau besar, ujungnya yang sungguh nakal menggoda berwarna pink, cokelat atau hitam, sama-sama berhasil menghipnotis semua pria pada umumnya. Tapi sungguh, walau enak bagi si pria, wanita juga harus merasakan yang sama.

"Rey ??" Joy merasakan ada sesuatu di dadanya. "Lho, handukku. Aww, lepas." ia mendekap tubuh, malah kepala Rey-lah yang ada di pelukannya.

"Kejutan tengah malam ^_^." ucap Rey sambil terus mencium, menjilat, meremas semua yang tadi tertutup handuk itu.

Joy merasa geli, kesal, kaget, tapi begitu tak sanggup menyingkirkan suaminya dari situ. Rey memberikannya kenikmatan duniawi tertinggi dengan lidah dan giginya, membuat Joy serasa naik roller coaster dan ingin berteriak.

"Rey, idih, aku geli ah. Mau jerit kayak di film JAV boleh?"

"Jerit saja, kita di hutan ini.." Rey sedikit menggodanya, "Tapi film JAV terlalu dibuat-buat," bisiknya sambil tangannya turun ke bawah, ke antara paha mulus Joy. " Jadi, kita ciuman saja," bibir lembut Rey membungkam bibir Joy, sementara tangannya semakin liar saja mengusik kolam rahasia di bawah sana.

"Rey nakal, nakal, nakal." rutuk Joy. Tapi ia malah balas melepas handuk kecil di pinggang Rey sambil meremas 'pedang rahasia' sang pangeran di bawah sana yang memang sudah terhunus siap dihujamkan.

"Joy juga liar, dasar cewek Amazon. Hahaha." Rey tiba-tiba berbalik, menjadikan Joy duduk di pangkuannya. Kini mereka sudah tak memakai apa-apa lagi, dan Joy sudah betul-betul pasrah saat pedang Rey masuk ke sana, mereka bagai sepasang magnet kutub utara dan selatan yang begitu sulit dilepaskan bila sudah menyatu.

Lengket, tersetrum, dan juga begitu indahnya bagaikan mimpi terliar.

Keduanya selesai entah pukul berapa, yang jelas suami-istri pengantin baru itu terjaga saat mentari sudah tinggi di ufuk timur.

"Rey, aduh, kita lama-lama kebobolan nih." Joy pura-pura ngambek, buru-buru menutup tubuhnya.

"Mau anak enggak?" Rey lagi-lagi tersenyum, "Kan kita siap kapan saja?"

"Mau, tapi .." Joy termenung sesaat, "Aku ingin sekali punya anak laki-laki. Yang lucu dan tampan sepertimu."

"Baiklah. Makanya jangan menolak, dan harus mau bercinta setiap hari, juga sepulang kita dari sini nanti ya." Rey pasang muka paling polos dan innocent. "Aku yakin kita bisa cepat punya bayi, asal rajin berdoa dan berusaha."

Rey memang alim, mungkin malah lebih dari Joy. Diam-diam sebelum Joy terlelap, sering dilihatnya Rey duduk memejamkan mata, berdoa dalam sunyi. "Ah, suamiku. Kamu cowok yang baik. Aku juga bersyukur memilikimu." ucapnya dalam hati.

Joy senang sekali, beberapa hari ini Rey selalu melimpahinya dengan cinta. Namun masih terpikirkan juga olehnya, bagaimana nasib hubungan mereka sepulang dari bulan madu ini? Apakah keluarga Rey akan tulus menerimanya sebagai anggota keluarga baru Kerajaan Evertonia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun