Joy diam-diam suka mengamati Rey, semua tentang Rey, wajah dan juga tubuhnya. Sedari pertama mereka bertemu dan pacaran, cowok imut yang satu ini sudah menarik hatinya. Dari senyumnya, cara tertawanya, suaranya yang rendah ngebas dan juga tenor bila sedang menyanyi atau tertawa, cowok banget.Â
Herannya ia tak terlalu maskulin secara lahiriah. Justru cenderung manis dan hampir-hampir feminin, dengan kulit cerah cenderung tak berbulu kecuali di bawah lengan, sedikit di dada, dan uhh, bagian pribadinya tentu saja. Rambutnya pun sangat hitam legam dan lembut, berbeda dengan rambut Joy yang kaku, kasar, cokelat dan lebat seperti sapu ijuk.Â
Rey betul-betul Berbi dalam wujud cowok, bukan Ken. Dan ia tetap cowok banget. Jakunnya menonjol, mata cokelat sipitnya yang tajam dan indah, dan tentu saja tubuhnya yang ramping. Joy suka sekali membelai pipinya dan tengkuknya yang halus, serta tentu saja mencium keseluruhannya. Aroma tubuhnya yang tetap enak walau sedang tak berparfum sekalipun, apalagi aroma tubuhnya saat bercinta.
Rey pun diam-diam suka mengulik Joy. Cewek ini dulu mengaku tak cantik. Iya sih, bukan tipe feminin. Joy bukan tipe 'kucing' melainkan singa betina alias alpha lioness. Jadi tak semua laki-laki bisa tunduk pada wanita seperti ini. Belum lagi tubuhnya yang bukan tipe peragawati. Joy langsing, tapi berisi. Pinggulnya besar, dadanya besar, dan ia juga sering mengeluhkan paha dan betisnya yang besar. Padahal di mata sipit Rey, Joy itu seksi. Rambut di kaki dan lengannya juga tak masalah, walau Joy kadang malu karena beberapa bulan sekali harus bercukur. Joy pun tak begitu malu-malu lagi ketika pertama kali Rey berhasil membawanya ke surga dunia tertinggi, dimana mereka yang masih begitu tak berpengalaman, sama-sama belajar. Kini sudah tahu, malah bertambah liar dan panas saja hubungan mereka!
Joy bernafsu cukup besar juga. Rey yang hanya berhanduk kecil menutupi pinggang dan pangkal paha saja sudah berhasil membuatnya kebat-kebit. Rasanya, ingin ia lucuti saja benda putih itu dan membuat pangerannya melayang-layang karena dimanja oleh mulut dan tangan Joy di miliknya itu. Lembut sekaligus keras. Joy yang dulu sempat merasa begitu jijik dan geli saat melihat foto intim close-up milik laki-laki random yang ditunjukkan Vie pegawai almarhum papa, tidak merasa begitu saat melihat punya Rey. Milik Rey bagaikan buah terlarang di Taman Eden, yang sekarang sudah tak terlarang lagi. Tentunya sangat manis dan lezat.
Begitu pula tubuh Joy. Rey bukan cowok munafik dan sok alim. Ia pernah mengoleksi foto-foto dan kartun Zepun yang banyak mempertontonkan bagian terlarang tubuh wanita. Walaupun begitu, rasanya sangat berbeda bila kini menatap, merasakan serta membelai tubuh istrinya.
Merasakan langsung dan melihat bagaimana seorang yang dicintai berada dalam pelukan, menikmati sesuatu yang menghujam dan dihujamkan pada raga. Merasakan sakit dan nyeri yang begitu lezat, yang bagaikan berdenyut dan mengalir di dalam diri, bagai letusan gunung berapi dan kembang api di cakrawala. Hanya sepasang manusia yang saling mencintai dan telah disatukan Yang Maha Kuasa, yang mengalami dan akan selalu dipersatukan olehnya.
Joy malam itu tertidur lelah di sisi Rey, mereka tadi sudah begitu nikmat melahap cokelat cair yang dimakan dengan cara tak biasa itu. Tapi tengah malam, Rey terbangun dan melihat handuk kemben Joy setengah terbuka, mungkin tergeser saat ia berguling.
"Joy, menggodaku melulu." ia tersenyum kesal, masa sih mau begituan lagi?
Tapi memang Joy dalam posisi terlentang begini sangat menantang, apalagi handuknya hampir lepas. Rey yang tadinya hendak membetulkan, malah tertarik untuk sedikit iseng menyingkapnya.