Mohon tunggu...
Berita Lebah
Berita Lebah Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer di Kompasiana.com

"Bukan hal mudah mengambil madu lebah, beruntung mereka yang belajar"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengaruh Pemikiran Filsuf Ibnu Rusyd bagi Bangsa Eropa

7 Januari 2020   15:47 Diperbarui: 18 Juni 2021   01:29 6390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Pengaruh Pemikiran Filsuf Ibnu Rusyd bagi Bangsa Eropa (unsplash/alex-block)

"Artikel ini akan mengkaji dari berbagai literatur tentang riwayat hidup secara singkat dan pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Rusyd bagi Bangsa Eropa"

ABSTRAK

Peradaban Barat pada zaman ini memiliki kemajuan yang sangat pesat yang kita lihat sekarang. Namun perlu diketahui bahwa kemajuan peradaban Barat tidak bisa dilepaskan dari masa lalunya yaitu bersentuhannya dia pada peradaban Islam pada Abad Pertengahan. 

Ini dikarenakan pada Abad Pertengahan, Islam menampilkan dirinya sebagai puncak peradaban dunia. Artikel ini akan mengkaji dari berbagai literatur tentang riwayat hidup secara singkat dan pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Rusyd bagi Bangsa Eropa.

Sumber: hekint.org
Sumber: hekint.org
PENDAHULUAN
Ketika kita melihat sejarah lampau, bahwa filsafat Islam dengan filsafat Barat mengalami adanya saling kontak-mengkontak, atau istilahnya borrowing yaitu adanya saling meminjam filsafat satu dengan yang lainnya. 

Sebagai buktinya bisa dilihat ketika pada zaman keemasan Islam, Islam sangat terbuka dengan ilmu. Maka filsafat Barat pun ikut hadir dalam Dunia Islam dengan gerakan penerjemahan karya filosof-filosof Yunani Klasik ke dalam bahasa Arab.

Keinginan ini pun selaras dengan meluasnya kekuasaan Islam dan meningkatnya interaksi Umat Islam dengan bangsa yang lainnya, terutama orang-orang persia. 

Orang-orang persia sangatlah dibutuhkan dalam peranan wawasan keilmuan dikarenakan mereka lebih dahulu menyelami peradaban dan filsafat Yunani, sehingga bangsa Arab bisa mempelajari filsafat Yunani melalui orang-orang persia (Nur Ahmad dalam Iqbal, 2004: xiv).

Dengan berjalannya waktu, lahirlah tokoh-tokoh filsuf muslim besar seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-Ghazali dan Ibn Rusyd. Yang mejadi sebuah ketertarikan pada tokoh-tokoh tersebut ialah mereka tidak hanya mewakili satu aliran pemikiran, tetapi beraneka ragam aliran, variasi pemikiran yang tumbuh dan berkembang di pusat pemikiran Islam. 

Akhirnya, perkembangan pemikiran-pemikiran ini diadopsi dan dibawa ke Barat pada abad pertengahan. Ini disebabkan karena Barat mengalami stagnasi, maka dari itu mereka mulai melirik filsafat Islam dan mempelajarinya. 

Baca juga : Filsafat Keindahan Kant, Hegel, Adorno

Salah satunya pemikiran dari Thomas Aquinas dan Imanuel Kant lebih di pengaruhi oleh pemikiran al-Ghazali. Pemikiran Bernard van Trilia dan Aegedius van Lesson lebih di pengaruhi oleh pemikiran Ibn Sina. Berbeda dengan pemikiran Ibn Rusyd. 

Pemikiran beliau berkembang menjadi gerakan Averroisme yang pengaruhnya ke Barat lebih berkontribusi dibandingkan filosof-filosof muslim lainnya.

Ibn Rusyd merupakan tokoh yang sangat populer dan dianggap paling berjasa dalam membuka mata wawasan keilmuan peradaban Barat (Iqbal, 2004: 4). 

Oleh karena itu, begitu menarik sekali untuk kita mengkaji dan mempelajari perjalanan hidup dan pemikiran filsafat beliau. Tanpa mengabaikan peran penting dari tokoh filsuf muslim yang lain. Artikel ini akan mengulas secara singkat perjalanan hidup dan pengaruh pemikiran beliau di Barat.

PEMBAHASAN

Nama lengkapnya ialah Abu al-Walid bin Muhammad Ahmad bin Muhammad bin Rusyd (Ibnu Rusyd), ia berasal dari keturunan Arab kelahiran Andalusia di kota Kordoba tahun 526 H/1198 M. Beliau lahir dan dibesarkan dalam keluarga ahli fiqh, yaitu ayahnya Ahmad atau Abu al-Qasim seorang hakim di Kordoba, begitu juga dengan kakeknya yang sangat terkenal sebagai ahli fiqh. 

Begitulah kelurga dari Ibn Rusyd yang terkenal dengan kealimannya dan taat dalam beragama Islam, kakek dan ayahnya penganut mazhab Maliki (Suyudono, 2008: 13).

Ibn Rusyd adalah seorang filsuf dan pemikir dari Andalus yang menulis dalam banyak bidang disiplin ilmu, termasuk filsafat, akidah atau teologi Islam, kedokteran, astronomi, fisika, fikih atau hukum Islam, dan linguistik. 

Baca juga : Filsafat Ketuhanan Dihadapkan pada Pemahaman Kebertuhanan dalam Teologi

Guru fiqh dari Ibn Rusyd diantaranya Abu Al Aim Basykawal, Abu Marwan bin Masarrah, Abu Bakar bin Samhun, Abu Ja'far bin Abdul Aziz, Abdullah Al-Maziri, dan Abu Muhammad bin Rizq. Dalam bidang kedokteran Ibn Rusyd belajar pada Abu Ja'far Harun At Tirjali dan Abu Marwan bin Kharbul. 

Dalam bidang filsafat, ia belajar pada Ibnu Bajjah, yang di barat dikenal dengan Avinpace, filosof besar di Eropa sebelum Ibn Rusyd (Fitrianah, 2018: 17).

Namun sayangnya, ajaran filsafat beliau banyak ulama yang tidak suka, bahkan ada yang sampai mengkafirkan Ibn Rusyd dan memfitnah beliau bahwa Ibn Rusyd telah menyebarkan ajaran filsafat yang menyimpang dari ajaran Islam. 

Atas tuduhan fitnah itu, maka Ibn Rusyd diasingkan pemerintah di Lucena dan karya-karya filsafatnya dibakar dan diharamkan untuk dipelajari (Fitrianah, 2018: 17). 

Namun pada akhirnya beliau dibebaskan dan tuduhan itu dihilangkan oleh beberapa terkemuka dan meyakinkan khalifah al-Mansur bahwa Ibn Rusyd adalah orang yang bersih dari tuduhan itu. 

Akan tetapi kebebasan beliau hanya sementara dikarenakan muncul lagi tuduhan dan fitnah. Akibatnya kali ini Ibn Rusyd diasingkan ke Negeri Maghribi (Maroko). 

Disanalah kemudian Ibn Rusyd menghabiskan sisa-sisa umurnya hingga datang ajal menjemputnya pada tangga 19 Shafar 595 H/10 Desember 1198 M, ia wafat dengan meninggalkan banyak warisan keilmuan yang dikenal Barat dan Timur.

Semasa hidupnya pun beliau seorang yang suka hidup sederhana dan bersahaja tanpa memperdulikan tentang pakaian dan harta benda. 

Walaupun begitu sifatnya sangat pemurah sekalipun kepada orang-orang yang pernah memusuhi atau menghina dirinya. Demikian satu dari ciri-ciri kebaikannya, juga terkenal seorang yang sangat rendah hati terutama kepada orang-orang yang miskin.

Karya-karya filsafatnya termasuk banyak tafsir, parafrase, dan ringkasan karya-karya Aristoteles, yang membuatnya dijuluki oleh dunia barat sebagai "Sang Penafsir" (Bahasa Inggris: The Commentator). Dan beberapa kitab lainnya seperti Tahafut At Tahafut (kerancuan dalam Kerancuan) adalah tanggapan atas buku Al Ghazali Tahafut Al Falasifah (Kerancuan Para Filosof), Jauhar Al Ajram As Samawiyah (Struktur Benda-benda Langit), Ittishal Al 'Aql Al Mufarriq bi Al Insan (Komunikasi Akal yang Membedakan dengan Manusia), Masa'il fi Mukhtalif Aqsam Al Manthiq (Beberapa Masalah tentang Aneka Bagian Logika), Syuruh Katsirah 'ala Al Farabi fi Masa'il Al Manthiqi Aristha (Beberapa Komentar terhadap Pemikiran Aristoteles), Maqalah fi Ar Radd 'ala Abi Ali bin Sina (Makalah Jawaban untuk Ibnu Sina), dan lainnya banyak sekali.

Karya-karya Ibn Rusyd dalam Ilmu kalam seperti Fashl Al Maqal fima Baina Al Hikmah wa Asy Syari'ah min Al Ittishal (Uraian tentang Kitan filsafat dan Syari'ah), 

I'tiqad Masyasyin wa Al Mutakallimin (Keyakinan kaum Liberalis dan Pakar Ilmu Kalam), Manahij Al Adillah fi 'Aqaid Al Millah (Beberapa Metode Argumentatif dalam Akidah Agama), dan lain-lain.

Dalam bidang Fikih dan ushul fikih yaitu Bidayah Al Muqtashid wa An Nihayah Al Muqtashid (Dasar Mujtahid dan Tujuan Orang yang Sederhana). 

Baca juga : Ketika Nabi Ibrahim Juga Ber-Filsafat

Kitab ini diakui oleh Ibnu Jafar Zahabi sebagai buku terbaik di sekolah ilmu fikih Maliki, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan sangat terkenal. Ad Dar Al Kamil fi Al Fiqh (Studi Fikih yang Sempurna), Risalah Adh Dhahaya (Risalah tentang Kurban), dan lain-lain.

Dalam bidang Ilmu astronomi yaitu Maqalah fi Harkah Al Jirm As Samawi (Makalah tentang Gerakan Meteor), Kalam 'ala Ru'yah Jirm Ats Tsabitah (Pendapat tentang Melihat Meteor yang Tetap Tak Bergerak). 

Dalam bidang Ilmu Nahwu yaitu Kitab Adh Dharuri fi An Nahw (Yang Penting dalam Ilmu Nahwu), Kalam 'ala Al Kalimah wa Al Ism Al Musytaq (Pendapat tentang Kata dan Isim Musytaq).

Dalam bidang Kedokteran seperti kitab Al Kulliyat fi Ath Thibb (Studi Lengkap tentang Kedokteran). Sebanyak 7 jilid, dan menjadi rujukan dan buku wajib di berbagai universitas di Eropa. 

Diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Inggris, dan Ibrani. Syarh Arjuwizah Ibn Sina fi Ath Thibb. Secara kuantitas kitab ini paling banyak beredar. 

Menjadi bahan kajian ilmu kedokteran di Oxford University Leiden dan Universitas Sourborn Paris. Maqalah fi At Tiryaq (Makalah tentang Obat Penolak Racun), yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin, Inggris, dan Ibrani.

Nasha'ih fi Amr Al Ishal (Nasihat tentang Penyakit Perut dan Mencret), yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin dan Ibrani dan Mas'alah fi Nawaib Al Humma (Masalah tentang Penyakit Demam).

Kontribusi Ibnu Rusyd dalam peradaban islam adalah salah satu pandangannya tentang teori harmoni (perpaduan) agama dan filsafat (al-ittishl baina al-syar`ah wa al-hikmah). 

Ibnu Rusyd memberikan kesimpulan "filsafat adalah saudara sekandung dan sesusuan agama". Dengan kata lain, tak ada pertentangan antara wahyu dan akal; filsafat dan agama; para nabi dan Aristoteles, karena mereka semua datang dari asal yang sama. Ini didasarkan pada ayat-ayat al-Qur'an dan karakter filsafat sebagai ilmu yang dapat mengantarkan manusia kepada "pengetahuan yang lebih sempurna" (at-tmm al-ma`rifah).

Kehadirannya dalam sejarah intelektualisme islam signifikan baik bagi usaha mengurai benang kusut pemikiran maupun dalam menghidupkan kembali filsafat yang telah memasuki titik nadir. 

Hal terpenting dari kiprah Ibnu Rusyd dalam bidang ilmu pengetahuan adalah usahanya untuk menerjemahkan dan melengkapi karya-karya pemikir Yunani, terutama karya Aristoteles dan Plato, yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad lamanya. 

Ibnu Rusyd banyak menulis komentar dan penjelasan terhadap karangan para filosof yunani khususnya Aristoteles baik dalam komentar singkat (al-jami'), sederhana (talkhis), ataupun komentar luas (tafsir). 

Analisanya telah mampu menghadirkan secara lengkap pemikiran Aristoteles. Ia pun melengkapi telaahnya dengan menggunakan komentar-komentar klasik dari Themisius, Alexander of Aphiordisius, al Farabi dengan Falasifah-nya, dan komentar Ibnu Sina.

Komentarnya terhadap percobaan Aristoteles mengenai ilmu-ilmu alam, memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam menghasilkan sebuah observasi. Filosof muslim cordova ini dianggap sebagai pensyarah pertama yang paling berpengaruh di dataran Eropa. 

Banyak tokoh Eropa melakukan kajian terhadap karya-karya beliau dalam beberapa bahasa, seperti bahasa latin, dan bahasa Ibrani. Dimana pemikiran dan karya-karya Ibnu Rusyd ini sampai ke dunia Barat melalui Ernest Renan.

Baca juga : Filsafat, Sains, dan Inovasi Teknologi

Beliau yang di Barat lebih dikenal sebagaiAverroes merupakan pembela filsafat Aristoteles terhadap teolog Asy'ari yang dipimpin oleh Al-Ghazali. Filsafat Averroes dianggap kontroversial di kalangan Muslim. 

Averroes memiliki dampak yang lebih besar pada kalangan Eropa Barat dan dia telah digambarkan sebagai "pendiri pemikiran sekuler di Eropa Barat". 

Terjemahan Latin karya Averroes memimpin jalan untuk mempopulerkan Aristoteles dan bertanggung jawab untuk pengembangan skolastik abad pertengahan di Eropa.

Reneissance di Eropa banyak dipengaruhi oleh kontak dunia luar (Islam) yang pada zaman itu telah mengalamai kejayaan dan keemasan. Kesadaran akan keterbelakangan Eropa, memicu mereka untuk menggali "pusaka" Yunani yang lebih dahulu dilakukan oleh orang-orang Islam yang berupa Filsafat dan Ilmu pengetahuan, khususnya filsafat Ibnu Rusyd melalui Averroismedi Eropa. 

Eropa mengenal pusaka tersebut melalui terjemahan Arab. Bukan hanya karya-karya Yunani saja yang telah berpengauh, melainkan juga ulasan-ulasan yang ditulis oleh filosof dan sarjana-sarjana muslim.

Sebagaimana diketahui, pemikiran Ibnu Rusyd masuk ke Barat melalui gerakan penerjemahan karya-karyanya. Ibnu Rusyd begitu berpengaruh bagi orang-orang kristen Eropa karena dikenal sebagai "komentator Aristoteles" yang membawa semangat rasional dan pencerahan bagi mereka. 

Melalui terjemahan karya-karya bahasa Arabnya ke dalam bahasa Ibrani dan Latin, para sarjana Barat abad pertengahan banyak dipengaruhi pandangan-pandangan filsafat Aristoteles yang dikembangkan Ibnu Rusyd.

Tokoh yang terkenal sebagai pelopor Averroisme adalah Siger de Brabant (1235-1282) dan diikuti oleh murid-muridnya seperti Boethius de Decie, Berner van Nijvel dan Antonius van Parma. 

Para mahasiswa tersebut mempelajari, meneliti dan menelaah karya-karya ulasan Ibnu Rusyd terhadap filsafat Aristoteles. Landasan rasionalitas yang dikembangkan Ibnu Rusyd ternyata sangat menarik perhatian mereka. 

Timbul kesadaran di kalangan sarjana-sarjana Barat untuk mengoptimalkan penggunaan akal dan meninggalkan paham-paham yang bertentangan dengan semangat rasional.

Seperti ditegaskan Russel, jasa Ibnu Rusyd tidak mungkin diingkari dalam membuka dinamika berpikir orang-orang Kristen Eropa (dan ironisnya, tidak pada kebanyakan orang-orang muslim sendiri), kemudian dari Eropa menyebar ke seluruh dunia melalui ilmu pengetahuan.

PENUTUP
Filsafat Yunani mungkin memang kaya dan indah, tetapi tidak menghasilkan ilmu pengetahuan (science). Para filosof muslimlah yang melengkapinya dengan ilmu pengetahuan sehingga menjadi jauh lebih bermanfaat. 

Inilah yang ditegaskan oleh seorang ahli kebudayaan Yahudi, yang mengatakan bahwa orang-orang muslim, dibantu oleh orang-orang Yahudi telah menembus jalan buntu filsafat, kemudian menerobos berbagai jalan baru ilmiah yang sampai sekarang ini pun tetap merupakan bagian integral science modern.

Perlu diketahui bahwa kemajuan peradaban Barat yang pesat seperti sekarang ini tidak bisa dilepaskan dari banyaknya kotribusi pemikiran para muslim pada peradaban Islam di Abad Pertengahan. 

Salah satunya tokoh Ibnu Rusyd yang ahli di banyak bidang keilmuan. Pemikiran-pemikiran filsafatnya turut mendorong peradaban yang tinggi dan terus hidup bagi bangsa Eropa.

DAFTAR PUSTAKA
Fitrianah, Rossi Delta. (2018). Ibnu Rusyd (Averroisme) dan Pengaruhnya di Barat. Bengkulu: IAIN Bengkulu

Iqbal, Muhammad. (2004). Ibn Rusyd & Averroisme: Sebuah Pemberontakan Terhadap Agama. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Saiban, Kasuwi, 2005, Metode Ijtihad Ibnu Rusyd, Malang: Kutub Minar.

Gazali, Hatim, 2008, Ibnu Rusyd: Signifikansi Rasionalitas Bagi Perumusan dan Pengembangan Fikih-Emansipatoris.

Muhammad Khofifi dan Lilis Chusnul Chotimah, 2010, Pola Pemikiran Ibnu Rusyd Tentang Pendidikan Islam.

Ditulis oleh : Ahmad Ridho Fanani dan Randi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun