Â
Titik air kran masih saja menetes dari wastafel yang ada di bawah cermin. Terdengar beradu harmoni bersama kicauan nada detak resah nafasnya bersama untaian Puisi Ayat Rohaedi yang masih ia hafal dalam kepalanya dan membuat simfoni lagu haru dalam kesunyian kamar mandi Aliyahnya.
Â
Ketika itu, Dalam untaian laju perjalanannya ke sekolah, Isma tersendat oleh jalan macet, sehingga hari ini Ia harus kesiangan. Walau gerbang Abah security telah dilalui, bukan berarti Ia diijinkan masuk kelas. Tata tertib membuatnya tertahan. Setelah jam mata pelajaran pertama selesai barulah Isma akan dipersilahkan masuk ke kelas.
Â
Perjuangan lolos dari gerbang penjagaan Abah, Isma tidak lalui itu semudah hari biasanya, yang selalu lolos dengan alasan-alasannya. Sekarang alasannya berupa sekumpulan segenap pangkal pikir dan kesimpulan yang Ia susun rapi, hari ini tidak berguna. Kalau sudah terlambat, semua alasan, dan wujud pertanyaan kenapa, sudah dari mana, tidak berlaku bagi Abah. Gerbang pun dibuka dipersilahkan masuk karena alasan ingin ke kamar kecil, walaupun isma tidak ingin ke sana. ingin menunggu di perpustakaan tidak diperbolehkan dan dianggap hanya alasan saja.
"Nanti, malah ke kelas.." jelas Abah
Banyak orang yang senang mendengar alasan bohong. Daripada alasan sebenarnya. Justru malash tidak percaya. dikira alasannya tidak kreatif. Atau itu-itu saja alasannya apakah tidak ada alasan lain? Ketika alasannya diganti dengan sebuah kebohongan, anehnya mereka percaya.
Â
Seperti ketika seorang suami pulang telat karena pekerjaannya menumpuk, sayangnya sang istri tidak percaya. Atas alasan suami. akhirnya sang suami terpaksa, mencoba menjawab dengan alasan, bahwa dirinya makan malam bersama sekretarisnya sebelum pulang ke rumah. Muka sang isri memerah, ia percaya, api cemburu pun terbakar. mungkin ini contoh kecil alasan sebuah kewajaran kenapa semua orang senang dibohongi. Begitu mungkin dari buku yang ia pernah baca Mitos-mitos wanita , Apakah Abah seperti itu? Tapi, abah kan laki-lak. Kerut alisnya makin menegang.
Â