Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duduk Sini, Nak!

16 Maret 2012   07:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:59 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Emang Si Mamar setuju?”

Ngapain nunggu persetujuan Si Mamar? Yang bikin dia kerja di mari juga gua. Modal dia cuma ilmu ngebenerin HP doang. Itu juga nggak becus. Lha duitnya dari gua semua.”

Kasian, bininya bentar lagi bakal lahiran.”

“Peduli amat! Koh Ahong udah nawar 50 juta di lahan bekas counter HP gua, buat dijadiin restoran. Emang lu mau gua ngelepas rejeki macam gitu?”

“Bukannya Abang yang nawar-nawarin lahan itu ke Koh Ahong?”

“Sama aja! Yang penting kita dapet rejeki dari situ!”

Itu percakapan Aris dan istrinya, saat aku hendak ke rumahnya beberapa hari yang lalu. Tentu tanpa sepengetahuan mereka. Percakapan itu tetap terekam di otakku. Selalu membuat dadaku sesak, dan otakku hilang akal. Tengah malam nanti saat istri dan anak-anakku tidur, aku akan mengunjungi rumahnya. Dengan linggis dan sarung. Aku merasa ada bagianku yang tertinggal di sana.

***

Cirebon, 16 Maret 2012 *diambil dari lirik Nak karya Iwan Fals Meski terlihat 'maksa' cerita ini memang terinspirasi dari Lagu "Nak" karya Iwan Fals. Baik kisah maupun tokohnya adalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, segeralah ganti nama Anda dan nama keluarga Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun