Jakobson membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi memfokuskan pada teori produksi tanda yang mana salah satunya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem kerja), pesan, saluran komunikasi, dan referensi (hal yang dibicarakan). Sementara itu, semiotika signifikasi lebih menekankan pada teori tanda dan pemahamannya dalam konteks tertentu.
Pateda menyatakan bahwa setidaknya ada sembilan jenis semiotik yang dikenal saat ini, yakni:
- Semiotik analitik, salah satu jenis semiotik yang dikenal saat ini adalah semiotik analitik, yang fokusnya adalah pada analisis sistem tanda. Menurut Pierce, semiotik mempelajari tanda dan menganalisisnya menjadi tiga unsur yaitu ide, objek, dan makna. Ide merupakan simbol atau representasi dari suatu objek, sedangkan makna merujuk pada makna yang terkandung dalam simbol yang mengacu pada objek tertentu.
- Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat dialami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika ombak memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
- Semiotik faunal (zoosemiotik) adalah bidang semiotik yang khusus mempelajari sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Tanda-tanda ini biasanya digunakan oleh hewan untuk berkomunikasi antara sesamanya, namun juga bisa diartikan oleh manusia. Contohnya, ayam betina yang berkotek-kotek menandakan ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu yang ditakuti. Induk ayam yang membunyikan krek...krek...krek... memberikan tanda kepada anak-anaknya bahwa ada makanan yang ditemukan. Bunyi cecak yang ada di hadapan seseorang juga bisa menjadi tanda yang memengaruhi perilakunya, seperti mengurungkan waktu keberangkatannya. Bidang semiotik faunal menjadi perhatian bagi para ahli yang tertarik dengan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
- Semiotik kultural adalah cabang semiotik yang memfokuskan pada analisis tanda-tanda yang terkait dengan budaya dan tradisi suatu masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan tanda-tanda kultural seperti pakaian, makanan, bahasa, simbol, dan tradisi yang digunakan oleh suatu kelompok masyarakat sebagai bentuk komunikasi dan identitas mereka. Semiotik kultural juga mencakup studi tentang bagaimana tanda-tanda tersebut berevolusi dan berubah seiring waktu, serta bagaimana mereka memengaruhi pola pikir dan perilaku manusia dalam suatu budaya tertentu.
- Semiotik naratif adalah cabang semiotik yang mempelajari sistem tanda dalam narasi, seperti mitos dan cerita lisan. Narasi ini seringkali memiliki nilai kultural tinggi, sehingga Greimas mempertimbangkan nilai-nilai kultural dalam pembahasannya tentang semiotik naratif.
- Semiotik natural adalah studi tentang tanda-tanda yang ditemukan di alam. Tanda-tanda tersebut berasal dari fenomena alam seperti air sungai yang keruh, yang menunjukkan bahwa di hulu telah turun hujan atau daun pohon yang menguning dan gugur pada musim gugur. Fenomena alam seperti banjir atau tanah longsor juga memberikan tanda kepada manusia untuk berhati-hati dan mengambil tindakan pencegahan.
- Semiotik normatif adalah cabang semiotik yang fokus pada sistem tanda yang dibuat oleh manusia dalam bentuk norma-norma, seperti peraturan lalu lintas. Contoh lain adalah tanda larangan merokok yang sering ditemukan di dalam kereta api.
- Semiotik sosial merupakan cabang semiotik yang membahas sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia, terutama dalam bentuk bahasa. Semiotik sosial mempelajari bagaimana makna dihasilkan dari tanda-tanda bahasa yang digunakan dalam interaksi sosial manusia, baik dalam konteks komunikasi formal maupun informal. Selain itu, semiotik sosial juga mempelajari hubungan antara bahasa dengan masyarakat, budaya, dan struktur sosial.
- Semiotik struktural adalah semiotik yang fokus pada struktur tanda yang terdapat dalam bahasa. Jakobson membedakan semiotik berdasarkan produksi dan pemahaman tanda dalam konteks tertentu, sedangkan Pateda membedakan semiotik berdasarkan objek tanda yang dibahas. Semiotik struktural membahas struktur bahasa sebagai sistem tanda dan bagaimana struktur tersebut mempengaruhi pemahaman dan produksi pesan.
Charles Sander Peirce
Charles Sander Peirce dan Ferdinand De Saussure memegang peran penting dalam pengembangan dan pemahaman semiotika. Peirce, seorang filsuf Amerika, dikenal sebagai pemikir yang orisinal dan multidimensional dalam kajian semiotika. Sedangkan Saussure, seorang ahli linguistik Swiss, mengembangkan konsep signifier dan signified dalam pemahaman tanda. Kedua tokoh ini meletakkan dasar-dasar penting bagi kajian semiotika yang digunakan hingga saat ini.
Peirce lahir dari keluarga intelektual pada tahun 1839, di mana ayahnya, Benyamin, merupakan seorang profesor matematika di Universitas Harvard. Pendidikan Peirce berkembang dengan pesat di Harvard, di mana ia meraih gelar BA pada tahun 1859, kemudian melanjutkan untuk meraih gelar M.A dan B.Sc pada tahun 1862 dan 1863.
Teori Peirce sering disebut sebagai "grand theory" karena bersifat menyeluruh dan mencakup semua aspek sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda, yang disebutnya sebagai "tanda triadic", dan menggabungkan semua komponen tanda dalam struktur tunggal yang kompleks. Dia juga mengembangkan konsep semiotik sebagai bagian integral dari logika dan filsafat, dan berusaha untuk memahami peran tanda dalam proses pemikiran dan pengetahuan. Selain itu, Peirce juga mengembangkan klasifikasi tanda yang terdiri dari tiga jenis: ikon, indeks, dan simbol. Semua kontribusinya ini membuat teori Peirce menjadi sangat penting dalam perkembangan semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu.
Menurut Charles S Peirce, tanda atau representamen adalah suatu hal yang melambangkan atau mewakili hal lain dalam berbagai aspek atau kemampuan. Peirce menyebut hal lain tersebut sebagai interpretan yang akan merujuk pada objek tertentu, sebagai interpretan dari tanda awal.
Charles S Peirce melakukan klasifikasi tanda yang memiliki kompleksitas dan tidak bisa dianggap sederhana. Peirce mengelompokkan tipe-tipe tanda menjadi tiga, yaitu Ikon (icon), Indeks (index), dan Simbol (symbol) berdasarkan hubungan antara representamen dan objeknya.
Ikon adalah jenis tanda yang menyerupai atau memiliki kesamaan dengan objek yang direpresentasikan. Kemiripan ini membuat tanda mudah dikenali oleh para penggunanya. Dalam ikon, hubungan antara representamen dan objeknya diwujudkan melalui kesamaan dalam beberapa kualitas. Rambu lalu lintas adalah contoh dari tanda ikonik, karena menggambarkan bentuk yang serupa dengan objek yang sebenarnya.
Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan fenomenal atau eksistensial antara representamen dan objeknya. Dalam indeks, relasi antara tanda dengan objeknya bersifat konkret, aktual, dan umumnya melalui urutan atau hubungan kausal. Contohnya adalah bekas tapak kaki di tanah, yang merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah melintasi area tersebut, atau suara ketukan pintu sebagai indeks kehadiran seseorang sebagai "tamu" di rumah kita.