Mohon tunggu...
Ramadhana Bagus
Ramadhana Bagus Mohon Tunggu... Freelancer - Observer

Mencoba merubah hati manusia melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fly Higher

14 September 2019   12:21 Diperbarui: 14 September 2019   22:01 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu suara ibu batuk. Aku langsung beranjak dari sofa, menuju dapur untuk mengambil air minum.

"Ibu, ini air minum." Ibuku menyambut segelas air hangat itu dan langsung meneguknya habis.

"Obatnya sudah bu?" tanyaku.

"Sudah nak. Tadi siapa yang telepon?" tanya ibu sambil terbatuk di akhir kalimat.

"Ooh, tadi Arman. Biasalah, ciptaan-ciptaan omong kosong itu."

"Maksudmu alat yang kemarin meledak itu?"

Aku mengangguk. "Iya bu. Alat itu berbahaya. Harusnya mereka sudahi saja, daripada nyawa mereka melayang."

"Tapi kamu masih di sini, kan?" balas ibu sambil tersenyum.

"Eh, maksudnya bu?"

"Maksud ibu, pergilah. Teman-temanmu sudah menunggu."

"Tidak mungkinlah bu, kemarin saja aku nyaris mati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun