Itu suara ibu batuk. Aku langsung beranjak dari sofa, menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Ibu, ini air minum." Ibuku menyambut segelas air hangat itu dan langsung meneguknya habis.
"Obatnya sudah bu?" tanyaku.
"Sudah nak. Tadi siapa yang telepon?" tanya ibu sambil terbatuk di akhir kalimat.
"Ooh, tadi Arman. Biasalah, ciptaan-ciptaan omong kosong itu."
"Maksudmu alat yang kemarin meledak itu?"
Aku mengangguk. "Iya bu. Alat itu berbahaya. Harusnya mereka sudahi saja, daripada nyawa mereka melayang."
"Tapi kamu masih di sini, kan?" balas ibu sambil tersenyum.
"Eh, maksudnya bu?"
"Maksud ibu, pergilah. Teman-temanmu sudah menunggu."
"Tidak mungkinlah bu, kemarin saja aku nyaris mati."