"Tidak! Kali ini berh---!"
"Kali ini yang lalu nyawa kita semua hampir melayang Ris. Untung saja ada fire extinguisher. Kalau tidak tamat kita semua."
Aku bisa mendengar suara keluhan di sana.
"Aku tidak akan datang Ris."
"Oi ayolah! Penemuan yang kali ini sudah dilakukan revisi besar-besaran! Aku yakin akan berhasil! Kau tentu ingat James Watt! Percobaan ke seribu baru berhasil!" serunya
"Itu Cuma akal-akalan saja, Ris. Tidak mungkin tepat dipercobaan ke seribu."
"Kalau gagal, coba lagi! Jatuh, bangkit lagi! Terbang lebih tinggi!"
"Ibuku sedang sakit, Man. Aku tidak akan datang." Aku memutuskan sambungan. Lalu melempar gawaiku ke sofa ruang tamu.
Aku mengusap peluh di dahi, merebahkan badan sebentar di sofa sebelum kembali melanjutkan mengepel lantai. Memoriku tentang Arman dan teman-temanku kembali muncul sekelebat. Bermula dari omongan asal-asalan, siapa sangka aku, Arman dan teman-teman lain sudah sampai sejauh ini. Kalau saja alat kemarin tidak meledak, mungkin aku sudah buru-buru menyelesaikan tugasku pagi ini, izin pada ibuku, lalu secepat kilat menyambar sepeda pancalku dan mengayuhnya mati-matian ke gudang belakang rumah Arman.
Aku menghembuskan napas berat, yang makin berat dan tidak sentosa untuk bernapas karena asap tebal ini.
"Uhuk..uhukk.."