"Sur" ujarku mencoba membuka kembali pembicaraan.
"Hmm.."
"Menurutmu, jika kamu sudah lulus dan akan menjadi penegak hukum nanti. Hitam atau putih? Berada di pihak mana kamu?"
Hitam atau putih? Tiba-tiba pertanyaan klasik tersebut muncul di benakku.
Surya terlihat berpikir, tatapannya terpaku pada gelas plastik putih berisikan kopi hitam itu.
"Aku memilih abu-abu."
"Maksudmu?" tanyaku bingung.
"Karena tidak ada jaminan kamu bisa menjadi salah satu dari warna tersebut, Dit. Kamu hitam, cepat atau lambat pasti akan terbongkar dengan jelas. Atau jika kamu putih, tidak ada jaminan kamu bisa bertahan dari sistem bobrok ini. Salah-salah kamu bisa menjadi orang munafik. Jadi aku memilih untuk abu-abu, beradaptasi dengan lingkungan."
Aku tidak terlalu terkejut dengan jawaban Surya. Beberapa orang memang memilih untuk menjadi abu-abu. Itulah fakta umum dari sistem di negeri ini.
"Kalau aku lebih memilih putih."
"Kenapa?" tanya Surya.