Mohon tunggu...
Ramadhana Bagus
Ramadhana Bagus Mohon Tunggu... Freelancer - Observer

Mencoba merubah hati manusia melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hitam-Putih

4 November 2018   00:50 Diperbarui: 4 November 2018   01:08 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sur" ujarku mencoba membuka kembali pembicaraan.

"Hmm.."

"Menurutmu, jika kamu sudah lulus dan akan menjadi penegak hukum nanti. Hitam atau putih? Berada di pihak mana kamu?"

Hitam atau putih? Tiba-tiba pertanyaan klasik tersebut muncul di benakku.

Surya terlihat berpikir, tatapannya terpaku pada gelas plastik putih berisikan kopi hitam itu.

"Aku memilih abu-abu."

"Maksudmu?" tanyaku bingung.

"Karena tidak ada jaminan kamu bisa menjadi salah satu dari warna tersebut, Dit. Kamu hitam, cepat atau lambat pasti akan terbongkar dengan jelas. Atau jika kamu putih, tidak ada jaminan kamu bisa bertahan dari sistem bobrok ini. Salah-salah kamu bisa menjadi orang munafik. Jadi aku memilih untuk abu-abu, beradaptasi dengan lingkungan."

Aku tidak terlalu terkejut dengan jawaban Surya. Beberapa orang memang memilih untuk menjadi abu-abu. Itulah fakta umum dari sistem di negeri ini.

"Kalau aku lebih memilih putih."

"Kenapa?" tanya Surya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun