Sangat disayangkan jika hak suara tidak digunakan sebab dengan demikian penyalahgunaan surat suara dia sangat mungkin terjadi dan sudah tentu bisa jadi mengakibatkan calon terburuk yang bakal menang.
Ketika memilih di Pilkada maka kita sebenarnya memilih siapa Putra/Putri terbaik daerah yang bakal menjadi penentu kebijakan yang bakal mempengaruhi sosial, ekonomi, dan politik daerah, maka kita perlu untuk memastikan di antara para putra/putri terbaik yang sedang berkontestasi di Pilkada ini yang terpilih seharusnya yang terbaik dari para putra/putri terbaik yang ada. Bahkan mungkin jika kita berpandangan terbalik bahwa para calon ini ibaratnya Setan yang sama-sama buruk, maka kita perlu memilih Setan terbaik agar yang terburuk tidak berkuasa.
Semalas-malasnya kita dalam berpolitik namun wajib untuk hukumnya untuk kita mengerti politik dan menjadi pemilih yang cerdas. Pemilih yang cerdas artinya mengenali siapa calonnya, apa yang melatarbelakanginya, bagaimana visi misi dan program inovasi yang dibawanya untuk kebaikan rakyat, dan yang tak kalah penting adalah siapa saja orang yang ada di baliknya.
Bagaimana caranya? Ikutilah masa-masa kampanye lisan mereka, pahami apa visi misinya, bertanyalah pada banyak orang yang tepat tentang siapa mereka, bahkan kamu bisa menengok jejaring sosialnya untuk melihat kepribadiannya.
Hal terpenting dari semua ini adalah keterlibatan aktif untuk memilih. Ketika tidak ada pilihan lain selain memilih, apakah kita berhak asal memilih saja? Semurah itukah suara kita?
Tentu saja tidak! Jadi mari kita mulai membuka mata, telinga, dan hati kita. Memilih bukan sebuah hal yang sulit, namun juga tidak memaafkan telapak tangan. Kenali calonmu dengan benar, jangan seperti membeli kucing dalam karung.Â
Jadi, siapkah Anda memilih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H