Ada banyak hal dalam kehidupan sehari-hari sebetulnya sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik. Politik mempengaruhi keseharian kita melalui kebijakan politik yang menyentuh tiga ranah sekaligus, yakni personal, rumah tangga, dan ruang publik.
Dalam ranah personal, kebijakan politik datang mengatur hak-hak kita sebagai warga negara, seperti hak atas pendidikan, kesehatan, kebebasan berekspresi, termasuk kebebasan beribadah dan lain sebagainya.Â
Di ranah rumah tangga, politik hadir dalam kebijakan yang menentukan harga sembako, tarif listrik, harga gas elpiji, sewa rumah, biaya pendidikan anak, hingga besaran upah atau gaji yang diterima oleh suami/istri yang bekerja.
Sementara di ruang publik, kebijakan politik hadir dalam aturan mengenai parkir, aturan berkumpul di ruang publik, dan penggunaan fasilitas publik bahkan menjamin kamu bebas melakukan berkumpul di ruang publik untuk melakukan kajian.
Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Kendati Anda tidak mengambil minat dalam politik, bukan berarti politik tidak akan menaruh minat pada Anda.
Terkadang 'politik uang' menjadi sesuatu yang sangat lumrah, ketika suara seseorang tukar dengan uang. Tidak mengherankan sebab politik uang sudah menjadi fenomena global yang sudah ada sejak lebih dari dua setengah ribu tahun lalu di Athena kuno.
Praktik jual beli suara menghambat proses demokrasi dengan mengganggu hak warga negara untuk bebas menentukan siapa yang mewakili kepentingan mereka.
Praktik politik uang ini mengerikan, sebab bisa membuat politisi dengan kualitas jelek namun memiliki uang yang banyak akan menang sedangkan politisi yang berintegritas dengan gagasan yang bagus dan program yang konkrit sesuai dengan permasalahan rakyat tidak terpilih.Â
Padahalnya pemilihan secara langsung menciptakan "kontrak sosial" antara kandidat dan konstituen yang memberikan suara dengan anggapan bahwa kandidat akan memerintah sesuai dengan harapan dapat melayani rakyat dengan baik.
Namun dengan transaksi uang, para kandidat bakal merasa kalau mereka telah membeli hak suara, Anda dengan demikian, tidak akan ada kontrak sosial, sebab itu bakal dianggap sebagai praktik jual beli. Memang dampak dari politik uang ini membuat Anda dapat memiliki uang yang instan namun itu dipakai sehari, dua hari juga bakal habis sisanya hanya melahirkan penderitaan sebab dipimpin oleh politisi berkualitas buruk.
Banyak yang enggan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebab tidak cukup peduli dengan politik bahkan tidak cukup tahu, atau bahkan dengan alasan moral bahwa, 'semua calon sama saja', sehingga dengan demikian orang-orang tersebut memilih untuk tidak memilih.