Ketidakpastian menjadi kata kunci dari waktu ke waktu bagi para penyelamat badak untuk bisa melacak dan mengetahui jumlah pasti populasi badak Sumatera.
Karena spesies satwa penyendiri ini tampaknya semakin menghilang atau sulit ditemukan di hutan lebat. Penampakan secara langsung menjadi amat langka dan tanda-tanda jejak kaki badak Sumatera juga semakin sulit ditemukan.
Pemerintah Indonesia melaporkan bahwa jumlah badak Sumatera tidak lebih dari 80 ekor, sementara AsRSG hanya memperkirakan kurang lebih setengahnya.
Belum ada bukti perburuan liar badak Sumatera yang ditemukan selama lebih dari satu dekade ini. Tapi juga tidak ada bangkai yang ditemukan secara alami, membuat hilangnya spesies penyendiri ini menjadi misteri yang perlu dicermati.
Harapan bagi spesies ini badak berbulu ini adalah program pengembangbiakan di Suaka Badak Sumatera, fasilitas semi liar yang dilindungi di Sumatera.
Program pelestarian badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera (SRS) sejak 1998 telah melahirkan total 5 (lima) ekor badak Sumatera. Total jumlah badak Sumatera yang ada di Suaka Rhino Sumatera (SRS) berjumlah 10 ekor.
Mereka terus berupaya melakukan pengembangbiakan untuk menciptakan populasi badak yang aman, dan perlu didukung oleh berbagai sektor.
Berkurangnya Jumlah Badak Sumatera Sirine Rusaknya Keanekaragaman Hayati
Krisis populasi badak Sumatera menunjukkan ada masalah dengan keanekaragaman hayati dan ini menjadi sirine bagi kita sebagai bangsa khususnya dan dunia pada umumnya.
Bisa jadi aktivitas manusia telah mengganggu kestabilan sistem alam yang merusak keanekaragaman hayati dan iklim, salah-satunya terus berkurangnya jumlah badak Sumatera.
Dalam “Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia”, 5 Desember 2024 dibeberkan Indonesia begitu dikenal sebagai negara megabiodiverse terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil