Warga desa melibatkan Kami dari memotong, menumbuk, merebus, menggoreng, membakar, dan menyajikan di piring. Momen itu merupakan kegiatan cooking class yang menjadi salah-satu paket wisata Desa Wisata Hijau Bilibante.
Daku pun terkagum, tidak banyak Desa Wisata yang pernah daku kunjungi menawarkan wisata gastronomi, sebagian besar Desa Wisata lebih kepada menawarkan wisata kuliner dan keindahan alam.
Gastronomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tata boga, seni good eating, praktik, dan kajian tentang pemilihan, preparasi, produksi, penyajian dan penikmatan berbagai makanan dan minuman.
Kami saat menikmati wisata gastronomi saat travelling ke Desa Wisata Hijau Bilibante, Nusa Tenggara Barat (NTB). Traveling bermakna ini terlaksana di minggu pertama bulan Desember 2021. Daku kesana bersama sembilan Kompasianers lainnya dan perwakilan dari Kemenparekraf RI.
Tapi ternyata Desa Wisata Hijau Bilibante tidak hanya wisata gastronomi saja. Desa wisata ini menawarkan sesuatu yang mirip dengan apa yang pernah daku baca ( adira.id/e/fkl2022-blogger ) mengenai Desa Wisata Ramah Berkendara, dan Festival Kreatif Lokal yang digagas oleh Adira Finance.
Apa sajakah ?
Kawasan Tambang Pasir yang Jadi Desa Wisata Hijau
Tarik Mundur kebelakang sebelum cooking class, Kami disambut oleh Ibu Zaenab dan Bapak Pahrul Azim. Keduanya silih berganti bercerita mengenai Desa Wisata Hijau Bilibante.Â
Dari keterangan Bapak Pahrul Azim, sebelum menjadi Desa Wisata Hijau, desa mereka ini merupakan kawasan penambangan pasir galian C. Desa Bilibante bahkan pernah mendapat julukan Desa Debu.