Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bilibante dari Desa Debu Jadi Desa Wisata Hijau Berprestasi

30 Oktober 2022   17:04 Diperbarui: 30 Oktober 2022   17:05 3343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesona Desa Wisata Hijau Bilibante ramah berkendara I Sumber foto : Go Mandalika desain Andri Mastiyanto

Pagi menjelang siang di awal bulan desember 2021 di Indonesia Timur, wajah-wajah itu tersenyum. Salah seorang remaja berpakaian adat Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) memandang Daku (Saya) sambil membawa sebuah kain adat NTB.

Dirinya berucap "mas, maaf tolong gunakan kain ini dipinggang". Disamping sebuah gubug beratap ilalang, Daku pun menggunakan kain adat dibantu oleh pemuda itu dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya. 

Dua orang warga paruh baya dan tiga orang remaja telah menunggu kami didalam gubug itu dengan duduk bersila. Daku bersama tiga orang Kompasianers pria lainnya pun ikut duduk bersila.

Kedua warga paruh baya tersebut merupakan sosok yang dituakan yang akan membantu kami belajar membuat dan menyiapkan kuliner khas Lombok, NTB dari Desa Bilibante yakni Ngebat Urap Urap dan Ayam Marangkat.

Warga Desa Bilibante melaksanakan kegiatan ngebat I Sumber Foto : Dokumen Pribadi
Warga Desa Bilibante melaksanakan kegiatan ngebat I Sumber Foto : Dokumen Pribadi

Pria paruh baya ini sambil memegang golok berkata, ngebat ini adalah mencacah bahan masakan hingga lumat. Biasanya disini ngebat dilakukan secara bersama-sama yang dimulai dengan berdoa terlebih dahulu.

Bapak dan mas perlu tau ucap tetua, Ayam Merangkat yang memiliki cita rasa pedas ini punya makna spesial bagi warga adat Lombok Tengah, karena merupakan makanan sajian khusus untuk jamuan kedatangan pengantin pria sebelum menculik pengantin wanita (prosesi adat Lombok, NTB). 

Tidak jauh dari gubug, di lokasi yang berbeda, enam orang Kompasianers wanita berada di tanah lapang yang didepannya terdapat panggung.

Warga Desa Wisata Hijau Belibante menyiapakan sarana prasarana Cooking Class I Sumber Foto : Dokumen Pribadi
Warga Desa Wisata Hijau Belibante menyiapakan sarana prasarana Cooking Class I Sumber Foto : Dokumen Pribadi

Terdapat meja, kompor, wajan, dan peralatan masak lainnya disiapkan oleh warga. Kami diajak ikut serta mengolah bahan-bahan makanan yang nantinya akan kami sajikan dan makan bersama-sama. 

Warga desa melibatkan Kami dari memotong, menumbuk, merebus, menggoreng, membakar, dan menyajikan di piring. Momen itu merupakan kegiatan cooking class yang menjadi salah-satu paket wisata Desa Wisata Hijau Bilibante.

Daku (berkacamata) bersama pemuda Desa Bilibante menumbuk bahan yang digunakan untuk memasak Ayam Merangkat I Sumber Foto : dokumen pribadi
Daku (berkacamata) bersama pemuda Desa Bilibante menumbuk bahan yang digunakan untuk memasak Ayam Merangkat I Sumber Foto : dokumen pribadi

Daku pun terkagum, tidak banyak Desa Wisata yang pernah daku kunjungi menawarkan wisata gastronomi, sebagian besar Desa Wisata lebih kepada menawarkan wisata kuliner dan keindahan alam.

Gastronomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tata boga, seni good eating, praktik, dan kajian tentang pemilihan, preparasi, produksi, penyajian dan penikmatan berbagai makanan dan minuman.

Makanan khas Lombok dari hasil cooking class Kompasianers I Sumber Foto : dokumen pribadi
Makanan khas Lombok dari hasil cooking class Kompasianers I Sumber Foto : dokumen pribadi

Kami saat menikmati wisata gastronomi saat travelling ke Desa Wisata Hijau Bilibante, Nusa Tenggara Barat (NTB). Traveling bermakna ini terlaksana di minggu pertama bulan Desember 2021. Daku kesana bersama sembilan Kompasianers lainnya dan perwakilan dari Kemenparekraf RI.

Tapi ternyata Desa Wisata Hijau Bilibante tidak hanya wisata gastronomi saja. Desa wisata ini menawarkan sesuatu yang mirip dengan apa yang pernah daku baca ( adira.id/e/fkl2022-blogger ) mengenai Desa Wisata Ramah Berkendara, dan Festival Kreatif Lokal yang digagas oleh Adira Finance.

Apa sajakah ?

Kawasan Tambang Pasir yang Jadi Desa Wisata Hijau

Tarik Mundur kebelakang sebelum cooking class, Kami disambut oleh Ibu Zaenab dan Bapak Pahrul Azim. Keduanya silih berganti bercerita mengenai Desa Wisata Hijau Bilibante. 

Dari keterangan Bapak Pahrul Azim, sebelum menjadi Desa Wisata Hijau, desa mereka ini merupakan kawasan penambangan pasir galian C. Desa Bilibante bahkan pernah mendapat julukan Desa Debu.

Tambahnya, pasir-pasir itu berasal dari lahar dingin letusan gunung Samalas. Kawasan ini dijadikan tempat penambangan pasir karena pasir yang dihasilkan warnanya agak kehitaman yang memiliki kualitas yang bagus.

Pahrul Azim menerangkan bahwa Bilibante berasal dari 2 suku kata, Bili yang berasal dari buah maja sedangkan Bante memiliki arti melilit. Warga desa memaknai arti kata dari Desa Bilibante sebagai desa yang subur dan bersatu padu atau kekeluargaan.

Ibu Zainag (paking kiri) dan Bapak Pahrul Azim (kanan), ditengah dua remaja Desa Bilibante I Sumber Foto : Dokumen Pribadi
Ibu Zainag (paking kiri) dan Bapak Pahrul Azim (kanan), ditengah dua remaja Desa Bilibante I Sumber Foto : Dokumen Pribadi

Cerita Ibu Zainab, ada inisiatif dari Pemerintahan NTB untuk menggalakkan UMKM. Beberapa warga Bilibante pun mendapatkan pelatihan UMKM pada tahun 2014 dan workshop jasa pariwisata di tahun 2015.

Ibu Zainab kemudian mendirikan UMKM Putri Rinjani yang melibatkan ibu-ibu dari warga desa sebanyak 12 orang dan juga berupaya merubah desanya menjadi Desa Wisata. 

Pandemi Covid-19 Tidak Menghalangi Desa Wisata Hijau Bilibante Tetap Berdenyut

Lesu, pandemi covid-19 merubah banyak hal, padahal Desa Wisata Hijau ini telah memiliki berbagai fasilitas yang menunjang dari jalan 2 lajur yang sudah di hotmix, penerangan yang baik, terdapat marka penunjuk jalan, dan hanya 18 menit dari Kota Mataram dan mencari BBM  dan bengkel pun mudah.

Sebelum Pandemi Covid-19 pengunjung sebulan bisa memperoleh sekitar 2000 pengunjung. Kemudian Ibu Zaenab bersama warga berfikir kreatif agar Bilibante tetap berdenyut.

Mereka kemudian mencoba memasarkan tortilla, sambal cengeh dan cemilan lain yang terbuat dari rumput laut, kolang-kaling, pisang atau singkong. Produk cemilan ini dipilih karena Desa Bilibante melimpah sumber daya bahan baku dan harganya yang murah.

Dari penjualan Tortilla seharga Rp.25.000/toples bisa diperoleh hasil 24 juta rupiah perbulannya. Penjualan tortilla tidak hanya disekitar Lombok namun telah merambah Luar Lombok baik secara langsung maupun daring.

Cemilan dan produk oleh-oleh  khas Desa Wisata Hijau Bilibante I Sumber Foto : dokumen pribadi
Cemilan dan produk oleh-oleh  khas Desa Wisata Hijau Bilibante I Sumber Foto : dokumen pribadi

Kemudian warga mencoba berinovasi membuat lemongrass tea yang berbahan dasar sereh yang dicampur dengan jahe, secang, kunyit, gula pasir dan gula aren. Produk jamu ini dipatok dengan harga Rp.25.0000/kemasan ukuran 200 gram.

Dalam sebulan tak kurang dari 400 kemasan bisa terjual dengan omset 10 juta sebulan. Produk jamu ini telah merambah ke mancanegara hingga ke Jerman.

n Menteri Kemenparekraf RI, Sandiaga Uno mencicipi Lemon Gress Tea I Sumber Foto : Desa Wisata Hijau Bilibante
n Menteri Kemenparekraf RI, Sandiaga Uno mencicipi Lemon Gress Tea I Sumber Foto : Desa Wisata Hijau Bilibante

Desa Bilibante pernah mendapatkan kunjungan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Saat berada di Desa Wisata Hijau ini, 16 Januari 2021, Sandiaga Uno begitu menyukai lemongrass tea.

Paket Eko Wisota dan Wellness Tourism Merubah Wajah Desa Bilibante

Di tengah Pandemi Covid-19 warga desa Bilibante gencar mempromosikan paket eko wisata dan wellness tourism berbasis alam. Efek positif nya, Desa Bilibante mengantongi sertifikat bersih, sehat, aman dan ramah lingkungan atau Certificate CHSE tahun 2021.

Desa Wisata Hijau Bilibante yang telah dinobatkan sebagai Desa Wisata Berkelanjutan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menawarkan paket wisata bersepeda sambil menikmati keindahan alam desa. Amat tepat juga bila Desa Bilibante masuk kategori sebagai Desa Wisata Ramah Berkendara.

Desa Wisata Hijau Bilibante juga terdapat Pure Lingsar Kelod yang dibangun tahun 1799 I Sumber Foto : Go Mandalika
Desa Wisata Hijau Bilibante juga terdapat Pure Lingsar Kelod yang dibangun tahun 1799 I Sumber Foto : Go Mandalika

Desa Wisata ini juga terdapat Pure Lingsar Kelod yang dibangun tahun 1799 silam. Dengan adanya Pure tertua di Lombak Tengah, NTB dan rumah-rumah yang bernuansa adat Bali disana melengkapi ragam destinasi yang ditawarkan.

Wisatawan pun dapat menikmati pertunjukkan Tarian Puspanjali yang diiringi oleh pemusik Baleganjur dari kelompok kesenian Bilibante.

Kebun Herbal Bilibante I Sumber Foto : Desa Bilibante
Kebun Herbal Bilibante I Sumber Foto : Desa Bilibante

Terdapat pula kebun herbal Desa Wisata Bilibante dengan lebih dari 200 koleksi tanaman obat. Pengunjung dapat menjadikan sebagai kegiatan edukasi untuk menambah wawasan mengenal beragam pilihan obat alami yang berhasiat menjaga kesehatan.

Selain itu bagi yang hobi memancing tersedia pasar pancingan yang merupakan kolam pemancingan ikan. Pasar pancingan menyediakan bale-bale, lokasi yang asri, stand makanan lokal, area bermain panahan dan tersedia spot-spot swafoto. Ada juga Taman Lembah Gardena yang merupakan kolam pemandian yang dikelilingi berbagai tanaman yang tumbuh indah.

Menginap di Desa Wisata Hijau Bilibante sudah sekaligus mendapatkan fasilitas sepeda I Sumber Foto : Go Mandalika
Menginap di Desa Wisata Hijau Bilibante sudah sekaligus mendapatkan fasilitas sepeda I Sumber Foto : Go Mandalika

Ketika berada disana Anda tidak perlu bingung menginap dimana ? Ibu Zainab menyampaikan bahwa terdapat sekitar 30 homestay dengan harga bervariasi, mulai dari Rp.175.000 s/d 225.000 permalamnya yang sudah termasuk sarapan dan fasilitas sepeda.

Desa Wisata Hijau Bilibante terletak di Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Desa Wisata Hijau Bilibante berjarak 24 km dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid yang dapat ditempuh dalam waktu 37 menit sedangkan dari Kota Mataram dapat ditempuh dalam waktu 18 menit saja.

Bilabante, Desa Wisata Hijau Berprestasi

Wisata alam Desa Wisata Hijau Bilibante tidak menawarkan pesona pantai ataupun air terjun yang menawan, akan tetapi daya tarik dari Desa Bilibante berupa suasana pemukiman warga sasak Lombok, hamparan sawah yang asri dengan latar pemandangan samar gunung dari kejauhan, serta pengelolaan area wisata dan UMKM.

Desa Bilibante meraih juara 2 Desa Wisata kategori alam I Sumber Foto : Desa Bilibante
Desa Bilibante meraih juara 2 Desa Wisata kategori alam I Sumber Foto : Desa Bilibante

Desa Wisata Hijau Bilibante meraih juara 1 kampung sehat 2 NTB 2021 I Sumber Foto : Desa Bilibante
Desa Wisata Hijau Bilibante meraih juara 1 kampung sehat 2 NTB 2021 I Sumber Foto : Desa Bilibante

Pengelolaaan dan serta penataan Desa Bilibante inilah yang kemudian menjadikan Desa Bilibante meraih juara 2 kategori alam dalam kompetisi Desa Wisata Award 2021. 

Pada tahun yang sama, Desa Bilibante dinobatkan sebagai juara pertama Kampung Sehat Award NTB 2021. Desa Bilibante juga bersaing dengan 300 desa wisata dimana Desa Bilibante lolos masuk 10 besar Anugerah Desa Wisata 2021.

Pada tahun 2017 lalu, Desa Bilibante juga mendapat penghargaan dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sebagai Desa Wisata Terbaik dalam ajang Desa Wisata Award 2017.

_

Saat daku kesana, Desa Bilibante masuk kategori Desa Wisata Ramah Berkendara. saran daku, sangat tepat bila Adira Finance memilihnya sebagai lokasi Festival Kreatif Lokal tahun kedepan.

Desa Bilibante contoh bagaimana sebuah desa yang alamnya telah rusak masih bisa bermetamorfosis seperti kupu-kupu. Dari buruk rupa menjadi hewan yang cantik dan mampu dicintai. (AM).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun