"Buat beli bensin saja susah, bagaimana memberikan pendapatan bagi keluarga. Sehari sebelum Covid-19 bisa dapat 10 trip, saat ini (masa pandemi Covid-19) paling banyak 4 s/d 5 trip perhari. Sedangkan, kita harus membayar cicilan kendaraan, setoran dan kebutuhan keluarga" ungkap Ferry Kuntoro, driver transportasi online roda empat saat diwawancara TV One, 30 Maret 2020 ( DI SINI )
Physical distancing yang sebelumnya menggunakan sebutan social distancing diberlakukan beberapa hari setelah kasus positif Covid-19 dipublikasikan oleh pemerintah Indonesia. Kemudian beberapa pekan setelahnya dilakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) guna memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Dampak kebijakan pemerintah Physical Distancing dan PSBB berujung perlambatan terhadap ekonomi keluarga kelas menengah kebawah dan pekerja harian di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tentunya keadaan ini akan mempengaruhi kondisi global dan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia.Â
Pengemudi transportasi online, pekerja informal, pedagang kaki lima dan pedagang pasar pun menerima imbas. Mereka ini yang menerima pukulan berat, bagaimana tidak ! para pengemudi transportasi online roda dua tidak diperbolehkan mengangkut penunpang, pekerja informal untuk sementara waktu berhenti berkerja, pedagang kaki lima tidak diperkenankan berdiam pada satu tempat yang menimbulkan kerumunan dan penurunan jumlah pembeli di pasar.Â
Untuk itu sudah saatnya Kita megelola keuangan keluarga di masa ketidakpastian akhir pandemi Covid-19, agar tidak mengalami krisis ekonomi keluarga.Â
Melihat perkembangan kasus Covid-19, Bank Indonesia (BI) menjalankan kebijakan makroprudensial dengan menurunkan bunga acuan pada level 4,5% serta memastikan likuiditas cukup, relaksasi ketentuan makroprudensial serta kebijakan lain untuk kesehatan perbankan di tengah pandemi COVID-19.Â
BI pun berkoordinasi secara erat dalam melakukan langkah tersebut bersama Kementerian Keuangan, OJK, dan LPS yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), termasuk memperkuat Protokol Manajemen Krisis (PMK).
Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang ditujukan untuk mencegah dan memitigasi perilaku sistem keuangan yang pro terhadap siklus ekonomi (prosiklikalitas) dan risiko sistemik.
Dalam bahasa yang mudah dimengerti, kebijakan makroprudensial merupakan penerapan prinsip kehati-hatian pada sistem keuangan. Karena itu, fokus kebijakan tidak hanya pada lembaga keuangan saja, namun juga mencakup elemen sistem keuangan lainnya seperti pasar keuangan, korporasi, rumah tangga dan infrastuktur keuangan.Â
Adapun kebijakan mikroprudensial ditujukan tidak hanya untuk menjaga kesehatan lembaga keuangan secara individu saja termasuk pula rumah tangga. Menata ekonomi keluarga juga merupakan salah-satu faktor yang amat penting agar ekonomi keluarga dan negara selamat dari tempaan pandemi Covid-19.
Walaupun Pemerintah memperkirakan pandemi Covid-19 akan berakhir di bulan juni 2020, namun data kasus positif (7/5/2020) belum menunjukkan perlambatan. Untuk itu saatnya mengelola keuangan keluarga bagi keluarga kelas menengah kebawah dan pekerja terdampak di tengah ketidakpastian akhir Pandemi Covid-19Â
_
1. Tidak Melakukan Panic Buying dan Panic Selling
Masih ada pekerja maupun pengusaha yang dapat produktif dan bekerja secara online dari rumah (Work From Home), tetapi ada sebagian pekerja dan entrepreneur lainnya yang tak dapat bekerja sama sekali bila #DirumahSaja. Hal ini disebabkan karena bentuk pekerjaan atau usahanya tidak bisa dilakukan secara online.Â
Jangan pula tergesa-gesa melakukan panic selling atau panic redeeming terhadap produk-produk investasi yang dimiliki. Pada saat seperti ini nilai produk investasi akan mengalami penurunan, tentunya akan rugi bila Kita tidak memperhitungkan secara matang. Apalagi bila Kita (Anda dan Keluarga) masih memiliki tabungan dan dana darurat.
Yang terpenting adalah mempersiapkan sebanyak mungkin yang Kita bisa untuk terus dapat bertahan hidup di tengah ketidakpastian ini. Jangan sampai dana keluarga terkuras saat panic buying, sehingga tanpa disadari malah mengganggu perekonomian keluarga. Kita tidak pernah tau kapan pandemi ini berakhir dan keadaan darurat (keluarga sakit / musibah) bisa terjadi sewaktu-waktu.
_
2. Melakukan Pemeriksaan Keuangan
Sudah saatnya melakukan financial check-up. Jangan melupakan menata budget, dan mengelola masing masing budget termasuk pembayaran angsuran dan asuransi kesehatan. Â
Kita harus membuat list pertanyaan bagi diri Kita dan keluarga saat financial check up yaitu ; Apakah Kita tetap menerima penghasilan? Apakah hanya menerima penghasilan sebagian?, Apakah penghasilan Kita cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga ?
Apabila jawaban dari pertanyaan itu tidak cukup, maka kita perlu menata budget pengeluaran. Ada hal lain yang perlu dipertimbangkan yakni untuk mendapatkan pendapatan lainnya, semisal anggota keluarga menjual kuliner buka puasa / sahur.
_
3. Menata Pengeluaran Keluarga
Menata anggaran pengeluaran menjadi sangat penting di masa ketidakpastian seperti saat pandemi Covid-19. Kita harus sudah mulai mencatat semua pengeluaran rutin yang dialami setiap bulannya.Â
Pengeluaran rutin tersebut dapat Kita buat lima kelompok, yaitu pengeluaran keluarga, biaya pendidikan anak / anggota keluarga, pengeluaran pribadi, cicilan hutang dan tabungan atau investasi.
Jangan melupakan untuk mencatat pengeluaran lainnya di luar pengeluaran rutin, contohnya biaya pajak, perpanjang STNK dan SIM kendaraan dan kebutuhan selama bulan Ramadan serta Hari Raya Idul Fitri.Â
Sebut saja ; es buah / campur, gorengan, qurma, berbagai lauk terhidang di saat berbuka. Hidangan tersebut di hari-hari selain bulan Ramadhan belum tertentu dinikmati keluarga. Kurangi jenis makanan yang dihidangkan tetapi tidak mengurangi asupan gizi.
Setelah kita sudah mendapatan data yang cukup, kemudian pengeluaran keluarga sebaiknya dibuat skala prioritasnya. Dahulukan kebutuhan prioritas, seperti makanan dan minuman sehari-hari, asuransi kesehatan, angsuran rumah tinggal, angsuran kendaraan untuk berkerja, kuota internet untuk keperluan bekerja dan komunikasi keluarga, dibandingkan pengeluaran lainnya.Â
Kita sudah harus mencari subsitusi pengganti kebutuhan harian yang lebih murah dengan mengutamakan fungsi serta manfaatnnya. Lupakan pengeluaran pribadi yang tidak penting, ada baiknya untuk ditunda terlebih dahulu. Jika masih ada baju yang masih bagus tidak perlu beli yang baru, gunakanlah pada saat Idul Fitri.
Dalam kondisi saat ketidakpastian ekonomi apabila tidak memungkinkan menabung , Kita dapat menunda pengeluaran rutin menabung dan investasi.Â
_
4. Mengelola Dana Darurat dan Dana Tabungan Lainnya
Dana darurat amat penting ketika mengalami keadaan yang tidak terduga. Penulis pernah merasakan pentingnya menggunakan dana darurat ketika ditahun 2016 dimana dua orang anggota keluarga ada yang masuk rumah sakit berkali-kali.Â
Jika terpaksa memang harus menggunakan dana darurat, perlu mempertimbangkan beberapa hal. Yang paling utama pastikan Kita menggunakannya hanya untuk kebutuhan utama keluarga yang amat mendesak di masa pandemi Covid-19. Kedua cairkan sesuai kebutuhan darurat tidak dihabiskan semua. Ketiga, sebaiknya gunakan seefisen mungkin dan benar-benar dihitung.
Dana tabungan lainnya semisal simpanan dana pendidikan, bila tersedia bisa menjadi pilihan untuk digunakan. Pada sebuah moment yang tidak dapat dihindarkan acapkali kita memang perlu berkorban.Â
Hal ini pernah penulis lakukan saat Almarhum Kakak sakit tumor otak dan Almarhum Bapak masuk rumah sakit berkali-kali di tahun 2016. Tabungan dan dana darurat telah dikeluarkan tapi ternyata kurang, tanpa pikir panjang tabungan pendidikan untuk melanjutkan kuliah S-2 penulis korbankan, sehingga dapat membantu pembiayaan pengobatan tumor Almarhum Kakak (ketidakpastian kesembuhan).
_
5. Renegosiasi Hutang
Apabila ada cicilan hutang yang jatuh tempo perbulan / 3 bulan sebaiknya tetap diteruskan pembayarannya, semisal rumah atau kendaraan untuk berkerja.
Bagi pengemudi transportasi online / konvensional dapat membicarakan keringan setoran dengan pemilik kendaraan dengan alasan di masa pandemi Covid-19 mendapatkan penumpang amat jarang / sulit.
_
Kita sebagai masyarakat perlu berperilaku cerdas untuk menjaga stabilitas sistem keuangan termasuk keuangan keluarga. Tidak melakukaan panic buying dan panic selling, berfikir panjang bertransaksi spekulasi sekedar mencari keuntungan pribadi, dan ingatlah untuk selalu bijak bermedia sosial dengan tidak menyebarkan hoaks atau isu-isu yang menimbulkan kepanikan.Â
Lakukan financial check-up untuk mengetahui kesehatan keuangan keluarga, tata pengeluaran, kelola dana darurat dan tabungan lainnya dan tentunya renegosiasi hutang agar kita dapat bertahan dari ketidakpastian akhir pandemi Covid-19.
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H