Mohon tunggu...
Rakhmat Koes
Rakhmat Koes Mohon Tunggu... Aktor - Performance Art, Photography & Vintage Motorcycle Enthusiast (IG & Twitter: @rakoes)

follow me: @rakoes @gengtriltua_indonesia Editorial Officer, CHIP FOTO VIDEO - Group of Magazine Kompas Gramedia. Photography Enthusiast, Artist, Actor, Theatre Director, and now Journalist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romansa Roda Tua

21 Juli 2022   13:35 Diperbarui: 21 Juli 2022   13:37 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Woooyyy! Lulus, euy! Ayo kita parade keliling kota, corat-coret saja seragam ini, mulai esok kita akan menjadi pemuda, bukan lagi bocah ingusan!" seloroh si Jangkung Firman yang baru saja melihat hasil kelulusannya dari SMA Kembang Tanjung.

Ajakan si Jangkung Firman tersebut, langsung disambut puluhan temannya yang dengan kilat langsung menggeber motor mereka, seraya menyemburkan cat semprot ke pakaian seragam para siswa di lapangan.

Sementara itu, di sudut lapangan, seorang pemuda tengah terduduk lesu, bersandar pada tiang bendera. Ya! Dia adalah Rocky, seorang diri. Dia tidak tertarik ikut pawai keliling kota bersama teman-temannya, bukan karena dia tidak lulus, tapi karena Rocky sedang memikirkan hari esok, masa depannya.

Baca juga: Romansa Asap

Saat kebanyakan teman sejawatnya tengah merayakan kebebasan dari sekolah SMA dan akan menjadi Mahasiswa, maka Rocky harus segera memutar otak, mau apa dia esok hari.

Di Kampung Kembang Tanjung, Rocky diurus dan menumpang hidup pada Kakeknya, sembari membantu sang kakek yang memiliki bengkel. Semenjak orang tuanya tiada, Rocky diurus oleh Kakek dan Neneknya, tetapi beberapa waktu lalu, sang Nenek pun harus berpulang.

Merasa sudah mendekati usia dewasa, Rocky mulai merasa malu menjadi beban bagi kakeknya. Karena itu, dalam tekadnya, Rocky sudah berjanji untuk bisa hidup mandiri, dan bercita-cita untuk mengadu nasib ke Ibu Kota.

Disaat puluhan teman satu sekolahnya tengah sibuk menjalani ospek sebagai mahasiwa, Rocky akhirnya memutuskan diri untuk menuruti kata hatinya, pergi ke Ibu Kota. Walau ternyata tak seperti yang ada dalam pikirannya selama ini, Ibu Kota tak ramah baginya, kejam!

Beberapa pekerjaan dia lakoni demi mendapat upah. Mulai dari kuli angkut, tukang ojek, hingga menjadi buruh pabrik. Terakhir, karena dia memiliki sedikit pengetahuan mengenai mesin motor, Rocky cukup kerasan bekerja sebagai montir di sebuah bengkel motor.

Setelah setahun bekerja di bengkel, Rocky harus mengalami nasib nahas, dia terkena phk dari bengkel tempatnya bekerja. Saat itu, pemutusan hubungan kerja (phk) banyak terjadi hampir di semua badan usaha di Ibu Kota, seiring berkembangnya virus covid-19 di Indonesia, medio 2020.

Karena phk tersebut, Rocky yang hidup sebatang kara di kota besar harus blingsatan mencari kerja agar dia bisa bertahan hidup. Akan tetapi, saking ganasnya wabah covid-19 yang kemudian menjadi global pandemi, membuat ekonomi di kota besar menjadi lumpuh.

Semua orang harus berdiam diri di rumah masing-masing, Ibu Kota mendadak lumpuh, ekonomi hancur, dan seketika aktivitas luar ruang seolah menjadi hal yang tabu. Pemerintah memberlakukan banyak aturan untuk menghindari mobilitas massa di Ibu Kota yang dikhawatirkan berdampak pada penularan virus covid-19.

Hal tersebut membuat Rocky frustasi, setiap langkah dan geraknya untuk mengais rezeki di Ibu Kota menjadi terbatas oleh aturan. Dengan berat hati, Rocky memutuskan untuk kembali menemui sang Kakek di Kampung Kembang Tanjung.

Sesampainya di kampung, Rocky menemui kakeknya yang ternyata tengah sakit-sakitan dan tak lagi bisa bekerja di bengkelnya. Karena keadaan tersebut, Rocky berinisiatif untuk menggantikan peranan sang Kakek di Bengkel.

"Rocky, Kakek mah sudah renta, sudah tidak punya tenaga buat ngurus motor-motor yang harus diservis," ujar sang kakek kepada Rocky.

"Kalau kamu mau, sok atuh diteruskan bengkel Kakek, jadi kamu tidak usah balik lagi ke Ibu Kota, kamu bantu Kakek saja di sini," tambah sang Kakek.

Selang beberapa bulan setelah Rocky meneruskan usaha bengkel sang Kakek, situasi pandemi semakin mengganas. Virus terus bermutasi, bahkan mulai menyerang warga kampung, hingga semakin banyak korban yang harus meregang nyawa karena virus Corona atawa Covid-19 tersebut.

Saking banyaknya warga kampung yang ketakutan, maka Kampung Kembang Tanjung pun menjadi sepi, semua orang lebih memilih untuk berdiam diri di rumah, dari pada harus keluar rumah dan tertular penyakin biadab tersebut.

Di tengah kesepian, karena nyaris tidak ada satupun kustomer yang hendak servis motor ke bengkel yang dikelolanya, Rocky mulai inisiatif untuk membenahi bengkel tersebut, beres-beres sekaligus merapikan bengkel yang belakangan terbengkalai, karena sang Kakek sempat menutup bengkel saat terbaring sakit.

"Assalamualaikum... Pak Hasan-nya ada, dek?" ucap seseorang yang menghampiri bengkel.

"Waalaikumsalam... Kakek Hasan di rumah, sedang istrirahat, karena masih sakit," jawab Rocky.

"Oh, baiklah. Tolong sampaikan sama Pak Hasan, Tri datang, mau menanyakan roda tua punya Pak Hasan, kalau mau dijual, hubungi Tri saja ya!" pungkas Tri.

Rocky pun hanya mengangguk, sementara lelaki bernama Tri tersebut langsung berlalu menggeber motornya yang banyak mengepulkan asap.

*****

Beberapa minggu berlalu, saat Rocky baru saja membuka bengkel sang Kakek, lelaki bernama Tri kembali datang dan menanyakan sang Kakek. Jawabannya masih sama, "Kakek masih istirahat di rumah karena sakit," ucap Rocky.

Selang tiga bulan, lelaki bernama Tri datang kembali, namun kali ini dia meminta Rocky untuk mengajaknya ke tempat sang Kakek.

"Dek, siapa namanya? Adek cucunya Pak Hasan?" tanya Tri

"Iya, betul. Saya Rocky, cucunya Kakek Hasan," ujar Rocky

"Berarti kamu anaknya Rudy Haryanto ya?" tanya Tri dengan sangat antusias

"Betul, Pak. Tapi, bapak saya sudah lama berpulang, waktu itu saya masih kecil," jawab Rocky sambil menunduk, karena mendadak teringat pada sang bapak.

"Hhhmmm.. iya, dek. Sudah lama sekali," timpal Tri yang lalu membalikkan badannya.

"Dek Rocky, bisa antar saya ketemu Pak Hasan? Saya ada perlu yang lumayan mendesak," pinta Tri.

Rocky pun hanya bisa mengangguk, dan membawa sang tamu menemui Kakeknya yang tengah terbaring di rumah.

Sesaat kemudian, Pak Hasan dan lelaki bernama Tri tampak larut dalam obrolan. Sesekali terdegar gelak tawa sang Kakek yang diiringi batuk. Disusul dengan cerita yang tampak seru yang diutarakan oleh Tri. Hingga beberapa menit kemudian, obrolan menjadi lebih serius.

Samar-samar terdengar oleh Rocky, lelaki bernama Tri sedang merayu sang Kakek untuk mejual roda tua-nya pada Tri. Bahkan, sampai berkali-kali menawarkan harga yang lumayan tinggi. Hal tersebut tentunya semakin membuat penasaran Rocky yang tengah menguping di sudut ruangan lainnya.

"Pak Hasan, Bapak kan tahu kalau saya sahabat baik Rudy, putra Bapak. Saya berjanji akan merawat dan memperbaiki roda tua milik Rudy, Pak!" ujar Tri saat meyakinkan Pak Hasan

"Baiklah, jika Pak Hasan berniat untuk menjualnya, Bapak hubungi saya, ya!" tambahnya, seraya Tri berpamitan pada Pak Hasan.

Saat suara jangkrik mulai menghidupkan suasana malam, selepas Adzan Isya berkumandang, Rocky memberanikan diri bertanya mengenai maksud kedatangan Tri yang berulang kali menanyakan roda tua milik kakeknya tersebut.

"Kek, kok si bapak yang tadi penasaran sekali sama roda tua Kakek? Memangnya kakek punya roda tua yang dimaksud?" tanya Rocky dengan antusias kepada kakeknya

Sang Kakek hanya berdiam diri, dia menatap keluar jendela sambil terbaring di atas kasuk kapuk, tempatnya beristirahat selama beberapa waktu.

Lalu hening untuk beberapa saat, hanya bunyi jangkrik yang terdengar lantang di luar sana, sesekali terdengar suara bueuk atawa burung hantu.

"Rocky, bantu Kakek! Antar Kakek ke Pipir" (ruang di samping rumah, bahasa Sunda) ajak sang Kakek.

Setiba di depan ruang Pipir, sang Kakek meminta Rocky untuk merogoh kunci yang ada di dalam sebuah jaket kulit usang yang tergantung di balik pintu yang penuh debu.

Dokpri
Dokpri

"Kamu ambil kunci di saku jaket kulit itu, lalu buka kain yang menutupi motor itu," pinta sang Kakek kepada Rocky, seraya menunjuk sebuah kain usang berdebu yang menutupi sebuah motor.

Rocky menuruti perintah Kakeknya tersebut, dengan penuh rasa penasaran, Rocky pun membuka tabir yang menutupi sebuah motor.

"Ro... roda tua itu... (terbata-bata) yang ditanyakan oleh Tri, sahabat Bapakmu, yang tadi datang kemari," pungkas sang Kakek

"Roda tua itu yang membawa bapakmu menjadi juara diberbagai balapan di tahun 1990-an",

"Roda tua itu juga yang mengantarkan Bapak dan Ibumu ke peristirahatannya," cetus sang Kakek sambil terisak

Sementara Rocky hanya melongo, dia kaku, diam seribu kata, dengan mata yang berlinang. Dalam benaknya, ada seribu pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada sang Kakek. Kali ini, bukan karena penasaran atas perilaku lelaki bernama Tri, tapi karena keingintahuan yang begitu mendalam, mengenai sosok bapaknya yang menjuarai berbagai balapan dengan roda tua yang ada di depannya tersebut, hingga rasa keingintahuan tentang bagaimana bapak dan ibunya kecelakaan sewaktu dia masih kecil.

*****

Sing:

"Tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku, doa kami di nadimu..." sang Kakek yang sudah tampak bugar, bersenandung lirih mengikuti suara Iwan Fals yang tengah bernyanyi di balik Radio.

Pak Hasan, kakeknya Rocky tampak semangat pagi itu, dia sudah kembali hadir di bengkel. Meskipun saat itu bengkel masih sepi, karena masyarakat Kampung Kembang Tanjung masih berdiam diri di rumah untuk menghindari penularan wabah.

Dari kejauhan, Rocky baru saja pulang membeli sarapan, bergegas menuju bengkel, dia tampak heran melihat sang Kakek yang terlihat sigap membuka bengkel, dan terlihat riang gembira.

"Kok, Kakek malah membuka dan beres-beres bengkel? Ini kan masih pagi, Kek. Memangnya Kakek sudah sehat?" tanya Rocky yang cemas akan kesehatan sang Kakek.

"Aaahh, Kamu! Ini kan Kakek sudah sehat dan bugar. Makanya Kakek datang ke bengkel rada pagian, biar Pagi ini kita bisa memperbaiki motor!" ujar sang Kakek dengan penuh semangat

"Memangnya ada kustomer yang mau memperbaiki motornya, Kek? tanya Rocky keheranan

"Ada! Pagi ini kita akan memperbaiki roda tua itu!" seraya menunjuk roda tua yang berada di belakang Rocky, tanpa disadarinya

"Ayooo! Buruan siapkan peralatan, kita turunkan mesinnya. Mungkin beberapa spare part sudah aus dan harus diganti. Nanti kamu belanja kebutuhannya apa saja ya!" titah sang Kakek.

Tanpa sepengetahuan Rocky, rupanya sang Kakek sudah deal dengan Tri untuk memperbaikin roda tua bermerek Honda CR125 Elsinore Tahun 1975 yang dulu dipakai anaknya, Rudy Haryanto (bapaknya Rocky) menjuarai berbagai balapan motocross. Sang Kakek dan Tri sepakat, bahwa roda tua tersebut akan diperbaiki dan akan digunakan kembali untuk balapan motocross. Dari kesepakatan tersebut, motor tetap milik Pak Hasan, sementara modal dari Tri. Bahkan, Tri sendiri yang akan mengendarainya di lintasan balap motocross.

Proses perakitan kembali roda tua Honda CR125 Elsinore Tahun 1975 tersebut, memakan waktu berbulan-bulan, karena beberapa spare part harus dikirim dari luar negeri. Sambil menunggu datangnya parts, Tri mulai berlatih menggunakan roda tua tersebut. Dalam beberapa kesempatan, Tri juga mempersilakan Rocky untuk mencoba roda tua tersebut. Bahkan, Tri sempat mengajarkan beberapa Tips dan Trik mengendarai roda tua tersebut.

"Wow! Gila kamu Rocky, gak disangka kamu punya bakat mengendarai roda tua ini," kata Tri dengan penuh antusias saat melihat Rocky mengendarai motor peninggalan almarhum bapaknya tersebut.

Sementara itu, dalam antusiasme yang tinggi, jantung Rocky berdebar sangat kencang, wajahnya pucat berkeringat, seluruh badannya bergetar. Rocky merasakan kehadiran sang Bapak saat dirinya mencoba roda tua tersebut.

Namun, belum juga euforia-nya luntur, sang Kakek datang dengan wajah penuh amarah, dan melampiaskan emosinya dengan memaki-maki Tri, karena telah membiarkan cucunya mencoba roda tua yang pernah mengantarkan anak dan menantunya pada kecelakaan fatal.

Pak Hasan seketika menjadi murung, kakek berusia 70 tahun tersebut menjadi tidak lagi antusias pada roda tua yang tengah dirakitnya. Ada penyesalan yang menyelimuti batin, karena dia telah mengeluarkan roda tua tersebut dari Pipir rumah, padahal roda tua tersebut, sudah terparkir hampir dua puluh tahun di Pipir rumahnya.

"Kek, Rocky minta maaf sama Kakek, tidak ada niat Rocky untuk mengingatkan Kakek pada kejadian masa lalu Ibu dan Bapak. Rocky cuma ingin merasakan energi dari roda tua bapak," ucap Rocky dengan nada yang lirih.

*****

Mendekati kejuaraan motocross, Tri sebagai manajer tim yang merangkap sebagai crosser, selalu berlatih setiap hari menggunakan roda tua hasil besutan Pak Hasan dan cucunya, Rocky. Berbagai rintangan mampu dilalui oleh Tri dan roda tua Pak Hasan, bahkan saat latihan, Tri beberapa kali berada di posisi pertama.

Jelang perhelatan dimulai, nasib kurang mujur menerpa Tri, posisi mendaratnya kurang menguntungkan saat melewati table top di lintasan motocross Kembang Tanjung. Alhasil, kakinya mengalami cedera yang cukup parah. Padahal, besok adalah hari penentuan kualifikasi motocross tingkat Kampung Kembang Tanjung.

Suasana paddock tim roda tua Tri dan Pak Hasan menjadi hening, Tri segera ditangani dokter. Namun, karena tidak memiliki pembalap cadangan, kemungkinan besar tim Tri dan Pak Hasan harus mundur dari arena balapan.

Saat Pak Hasan dan Tri hendak mundur, Rocky memiliki usulan lain.

"Biar saja saya yang turun ke lintasan menggunakan roda tua peninggalan bapak. Saya bisa. Selama beberapa kali mencobanya, saya yakin bisa mengendalikan roda tua Bapak," seloroh Rocky pada sang Kakek dan Tri.

Tri terlihat sangat optimis dengan ide dari Rocky, akan tetapi sang Kakek yang wajahnya merah padam, segera bergegas meninggalkan paddock dan pergi entah ke mana.

Rocky dan Tri yang tengah cedera bergegas memperbaiki kerusakan pasca kecelakaan yang menimpa Tri. Roda tua CR125 Elsinore Tahun 1975 sudah kembali rapi dan siap untuk balapan. Tri berkali-kali mengajarkan berbagai tips dan trik pda Rocky, juga memberikan instruksi tentang bagaimana harus menjadi nomor satu di balapan motocross tersebut.

Saat lampu start menyala hijau, Rocky mulai melesat dengan roda tua peninggalan bapaknya tersebut, meskipun belum terlalu fasih dalam mengendarainya, dan belum begitu mengenal lintasan motocross Kampung Kembang Tanjung, tetapi tampak terlihat jika Rocky cukup enjoy di arena, hal tersebut menjadi modal utama untuk Rocky bisa lolos ke babak final.

Jelang putaran terakhir di babak final, Rocky masih tertinggal dari juara bertahan yang menggunakan motor terbaru dengan teknologi canggih. Sementara, Rocky menggunakan roda tua produksi tahun 1975 yang baru dirakit Kakeknya, dan baru digunakannya beberapa hari ini.

Arena pacu semakin ganas, roda-roda menggaruk tanah dengan beringas pada rpm tinggi, para pembalap kampung itu silih berganti mencuri posisi terdepan, beberapa harus tersungkur berlumur tanah yang basah.

Sementara itu, Rocky menyusuri sisi terdalam lintasan dengan susah payah, berjuang untuk memanfaatkan kisruh para pembalap di jalur tengah. Perlahan Rocky mengatur tarikan gas roda tuanya, turut berpacu di barisan terdepan.

Siapa sangka, Rocky bin Rudy Haryanto, mampu merebut posisi terdepan di babak final. Sebagai anak kemarin sore, anak yang baru saja belajar menggunakan roda tua peninggalan bapaknya tersebut, mampu menjadi juara di sirkuit Kampung Kembang Tanjung, sirkuit yang sama ketika puluhan tahun lalu bapaknya menjadi juara tak terkalahkan, dengan menunggangi roda tua yang sama juga, Honda CR125 Elsinore 1975.

Saat mengetahui Rocky memenangkan babak final, Pak Husen, sang Kakek dari Rocky, berlari menghampirinya dan langsung memelukanya dengan suka cita. Sementara Tri yang harus duduk di kursi roda datang menghampiri sang juara, didampingi oleh Erin, anak semata wayangnya. Tri tersenyum bangga pada Rocky, seraya berkata: "Roda Tua, HORE!"

Tabik!

Palmerah 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun