"Kamu ambil kunci di saku jaket kulit itu, lalu buka kain yang menutupi motor itu," pinta sang Kakek kepada Rocky, seraya menunjuk sebuah kain usang berdebu yang menutupi sebuah motor.
Rocky menuruti perintah Kakeknya tersebut, dengan penuh rasa penasaran, Rocky pun membuka tabir yang menutupi sebuah motor.
"Ro... roda tua itu... (terbata-bata) yang ditanyakan oleh Tri, sahabat Bapakmu, yang tadi datang kemari," pungkas sang Kakek
"Roda tua itu yang membawa bapakmu menjadi juara diberbagai balapan di tahun 1990-an",
"Roda tua itu juga yang mengantarkan Bapak dan Ibumu ke peristirahatannya," cetus sang Kakek sambil terisak
Sementara Rocky hanya melongo, dia kaku, diam seribu kata, dengan mata yang berlinang. Dalam benaknya, ada seribu pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada sang Kakek. Kali ini, bukan karena penasaran atas perilaku lelaki bernama Tri, tapi karena keingintahuan yang begitu mendalam, mengenai sosok bapaknya yang menjuarai berbagai balapan dengan roda tua yang ada di depannya tersebut, hingga rasa keingintahuan tentang bagaimana bapak dan ibunya kecelakaan sewaktu dia masih kecil.
*****
Sing:
"Tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku, doa kami di nadimu..." sang Kakek yang sudah tampak bugar, bersenandung lirih mengikuti suara Iwan Fals yang tengah bernyanyi di balik Radio.
Pak Hasan, kakeknya Rocky tampak semangat pagi itu, dia sudah kembali hadir di bengkel. Meskipun saat itu bengkel masih sepi, karena masyarakat Kampung Kembang Tanjung masih berdiam diri di rumah untuk menghindari penularan wabah.
Dari kejauhan, Rocky baru saja pulang membeli sarapan, bergegas menuju bengkel, dia tampak heran melihat sang Kakek yang terlihat sigap membuka bengkel, dan terlihat riang gembira.