Bagiku dengan dia lembur bekerja tidak masalah sekali toh memang kewajibannya sebagai karyawan kantornya. Jadi, aku tidak memaksa untuk bertemu walaupun rindu sekali rasanya ingin melihat senyumnya lebih nyata dan aku bisa bersandar di pundaknya.
Akhirnya dengan terlalu intens berkabar lewat pesan saja muncul permasalahan akibat permasalahan, memang dalam hubungan tidak selalu mulus justru itu bumbu dari percintaan yang membuat suasana tidak datar saja dan saling bisa belajar mengerti satu sama lain.
Kita berseteru di ruang pesan yang pada akhirnya menyelesaikan masalah. Lalu, aku meminta untuk bertemu dengannya di hari itu juga. Mulai lah perjalananku waktu sore dengan si Steven nama motorku dengan rasa senang aku jalan walaupun macet tetap saja bahagia karena dengan perkataanku "Mencintaimu dengan brutal terobos-terobos masuk."
Tiba aku di rumahnya setelah waktu magrib  dengan awalan menemui Ibunya. "Malam Bu, izin ajak Dinda keluar rumah." Kataku.
"Mau jalan ke mana emangnya?" Kata Ibu Negara Dinda.
"Rencananya di kedai kopi dekat sini saja, biasa Bu bayi gede ibu kangen sama saya." Kataku yang dilihatnya Dinda dengan tatap sinis manja.
"Ya Sudah silakan saja, tapi ingat jangan larut malam pulangnya." Pesan Ibu Negara Dinda.
"Siap Bu, izin pergi dulu ya assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati ya."
Pergi lah kita dengan si Steven, saat di jalan aku tau dia masih kesal sengaja aku mengambil tangannya untuk memelukku saat boncengan. "Apa sih segala pegang tangan udah tau aku masih kesal huh." Kata Dinda dengan nada sebel kepadaku.
"Biarin aja aku kangen banget sama kamu." Kataku.