Kita akhirnya singgah di tempat Lakers yang awal mula aku merasakan sentuhan di hati yang sangat membekas sehingga membuat perasaanku berubah 180 derajat menjadi sangat mencintainya. Pada pertemuan tersebut aku mendapatkan hadiah berupa foto dan video pada hp ku yang selalu diputar untuk mengobati rasa rinduku ketika kita tidak bisa bertemu.
Pertemuan kita sangatlah singkat karena Dinda besoknya harus masuk kerja, tetapi dengan pertemuan singkat itu sangat berarti sehingga aku berkata dalam hati "Kalau kata Eyang Sapardi 'Mencintaimu dengan sederhana' Nah, kalau aku 'mencintaimu dengan brutal terobos-terobos masuk' hahaha."
Keesokan harinya kita jarang sekali bertemu langsung hanya melalui pesan dan panggilan video. Itu sudah cukup bagiku yang sedang merasakan bagaimana bangun cinta karena jatuh cinta sudah tidak relevan untukku jatuh itu sangat sakit dalam mencintai sedangkan bangun itu seperti menumbuhkan rasa cinta yang sangat membuat bahagia.
"Bagaimana hari ini." Kataku melalui pesan.
"Cape banget tau, udah jalanan macet banget waktu balik. Arghhhh kesel rasanya mau jurus ngilang aja biar langsung sampai rumah." Kata Dinda.
"Sabar Mba namanya juga Jakarta kota yang banyak banget orang kerja dan apalagi kamu pas pulang kerja, yang terpenting kamu udah sampe rumah sekarang bisa rebahan hehehe." Kataku.
"Iya ni aku lagi rebahan badanku cape banget mau mandi aja mager tau kaya ada lemnya ni kasur." Kata Dinda
"Ih jorok si cantik ini abis seharian di luar mandi harusnya." Kataku.
Setelah berbincang di ruang pesan kita melakukan panggilan video dengan topik pembicaraan yang sangat absurd. Sebenarnya aku ingin melihat senyumnya saja hari ini karena senyumannya sangat candu sekali yang bikin aku tersenyum sendiri kalau lihat. Memang perkataanku benar "Mencintaimu dengan brutal terobos-terobos masuk."
Kita terus saling memberikan kabar dengan memberikan foto-foto seputar kegiatan kita sehari-hari. Kebetulan aku memiliki kegiatan baru menjadi pelatih teater dadakan untuk lomba pada sekolah SMA yang dekat sekali dengan rumah dia. Ya, maksud dekat itu karena rumahku jauh di Bekasi kota yang memiliki julukan 'Planet Lain' memang seperti lagunya Mas Sal Priadi.
Memang jauh sekali dari rumah dia mungkin karena jarak kita tidak sering bertemu, tetapi aku selama 4 hari lebih dekat dengan rumah karena melatih teater itu. Niatnya kita akan sering bertemu, tetapi terkendala Dinda yang selalu lembur karena memang akhir bulan biasa yang para pekerja kantoran selalu kewalahan laporan akhir bulan yang selalu menghantui para pekerja.