Mohon tunggu...
Raka Fatiha
Raka Fatiha Mohon Tunggu... Novelis - Penulis amatir (pengangguran/pelajar)

Aku seorang penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desa yang Hilang

12 Oktober 2023   08:57 Diperbarui: 12 Oktober 2023   09:08 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"bantuin apaan ngeramal? Manggil ujan? Ga perlu"

"bukan bantu yang kaya begituan saya bisa bantu masalah listrik di desa ini"

"gimana bantu gimana kamu di sini ga bawa apa apa dari pemerintah aja bukan"

"saya bisa bantu seriusan pokoknya biarkan saya tinggal di sini semalam aja"

"oke satu malam kalo ga ada apa apa kamu keluar dari desa ini"

"ok pak makasih loh"

"pak kok di biarin nanti kalo ada kemalingan atau kejadian tidak di inginkan gimana"

"tenang aja joko saya yakin gak akan terjadi apa apa nanti saya umumkan untuk mengunci pintu untuk semua warga, tapi aneh sih saya ga tau kenapa percaya sama omonganya kaya meyakinkan aja gitu"

Aku tidak bisa berkata apapun lagi tentu ada yang salah dengan pendatang baru itu tetapi sudah lah. Pendatang itu berjalan jalan mengelilingi desa aku tidak tahu apa tujuanya tetapi aku yakin tujuanya tidak baik.
Malamnya aku bermimpi buruk walau aku tidak ingat mimpi apa tadi tetapi aku bangun denagan keringat dingin dan rasa mual yang di barengi dengan pusing padahal kemarin malam aku tidak makan apa apa.

Aku menuju lapangan tempat persiapan 17 an ketika aku di perjalanan aku menyadari tiang tiang listrik terbuat dari kayu lengkap dengan kabel dan lampu kemaren ini tidak ada aku mulai berpikir si pendatang tadi melakukan ini tetapi bagaimana dia melakukan ini hanya satu malam.

Sesamainya dilapangan terdapat menara tinggi berwarna hitam dan semua kabel yang ada di desa sepertnya terhubung kepadanya.
Kepala desapun datang dan melihat pemandangan tidak biasa itu dan tentu si pendatang ada di situ sambil tersenyum, kepala desapun datang mendekatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun