Mohon tunggu...
david yohanes
david yohanes Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang yang tertarik pada tulisan mengenai apa saja. terutama sosial, bola, dan seni

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Butuh "Kekejaman" Aparat untuk Menyelamatkan Sungai Brantas

8 Oktober 2015   23:15 Diperbarui: 8 Oktober 2015   23:36 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu rangkaian mesin penyedot biasanya terdiri dari dua buah mesin diesel. Mesin-mesin ini dilengkapi rakit agar bisa mengapung di atas Sungai Brantas. Operator butuh satu jam lebih untuk merangkai mesin ini hingga siap dijalankan.

"Aparat membakar mesin penyedot pasir"

Demikian juga untuk membongkar, butuh waktu sekitar satu jam hingga setiap bagian bisa diangkut. Satu set mesin ini bisa menghasbiskan dana Rp 20 juta. Aparat bisa membuat bangkrut para penambang dengan sangat mudah.

Caranya kirim saja intel untuk mengintai aktivitas tambang. Suara mesin penyedot kedengaran hingga radius 500 meter. Sehingga mudah mengetahui dimana ada penyedor pasir beroperasi.

Jika sudah diketahui titiknya, razia bisa dilakukan. Orangnya mungkin lolos, tapi mesinnya pasti dapat. Tinggal bakar semua peralatan yang mereka gunakan.

Andai mesin yang mereka gunakan terlalu berat untuk diangkut, rusak dan tenggelamkan. Jika itu dilakukan setiap hari, dipastikan pemilik mesin penyedot akan miskin. Mereka akan berpikir dua kali jika akan mengoperasikan mesin penyedot lagi. 

Pilihannya satu, yaitu kembali menambang dengan cara tradisional. Membakar mesin-mesin penambang memang terkesan kejam. Namun cara itu yang bisa menyelamatkan Brantas dari kerusakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun