Mohon tunggu...
david yohanes
david yohanes Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang yang tertarik pada tulisan mengenai apa saja. terutama sosial, bola, dan seni

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Butuh "Kekejaman" Aparat untuk Menyelamatkan Sungai Brantas

8 Oktober 2015   23:15 Diperbarui: 8 Oktober 2015   23:36 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Tambang pasir dengan mesin penyedot di sungai Brantas Tulungagung"

Jawa Timur sungguh teberkahi dengan keberadaan Sungai Brantas. Sungai sepanjang 350 kilometer ini mengular dari wilayah Kota Batu hingga ke Kota Surabaya. Sepanjang alirannya Brantas menghidupi ribuan hektar sawah.

Bahkan Brantas telah menjadi aset vital secara nasional. Betapa tidak, wilayah yang dilaluinya telah menjadi lumbung padi. Terganggunya Brantas, berarti terganggu pula salah satu lumbung padi nasional.

Selain itu Brantas juga mempunyak potensi tambang pasir bangunan. Pasir berwarna hitam ini berasal dari letusan Gunung Kelud. Setiap kali meletus, Kelud mengirim berkahnya melalui Brantas.

Sudah puluhan tahun warga di sepanjang aliran Brantas menambang pasir ini. Bahkan mereka sudah menggantungkan kehidupannya pada tambang pasir. Dulu penambangan dilakukan secara manual.

Penambang menyelam ke aliran Brantas yang cukup tenang. Dengan serok mereka menaikan pasir-pasir tersebut ke atas sampan kecil. Setelah terkumpul sekitar satu truk, barulah pasir dijual.

Namun penambangan tradisional seperti itu kini sulit ditemui di sepanjang aliran Sungai Brantas. Awal tahun 2000 penambang tradisional mulai beralih menggunakan mesin. Memanfaatkan mesin penyedot bertenaga diesel, mereka mulai melakukan eksplorasi secara besar-besaran.

Keuntungan menggunakan mesin penyedot, kerja jadi semakin cepat. Selain itu pasir yang dihasilkan juga semakin bagus. Pasir yang disedot langsung dialirkan pada alat pengayak.

Sehingga antara pasir, kerikil dan batu langsung terpisah. Mengoperasikan mesin penyedot lebih efisein karena hanya membutuhkan sedikit tenaga. Putaran uang dari usaha sedot pasir ini memang luar biasa.

Di Ngunut, Tulunggagung misalnya, satu titik pengerukan saja setiap hari ada 30 hingga 35 truk pasir diangkut dari lokasi. Satu truk biasanya berisi empat hingga lima meter kubik pasir. Harga pasir di pembeli lokal dipatok harga Rp 140.000 per truk.

Harga masih ditambah upah kuli pengangkut, Rp 40.000 per orang. Padahal untuk mengangkut pasir dalam truk, sedikitnya dibutuhan lima orang manol, sebutan kuli angkut pasir. Sehingga harga satu truk pasir bisa membengkak menjadi Rp 340.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun