Mohon tunggu...
raja hakim
raja hakim Mohon Tunggu... Seniman - Tetap menulis walaupun tanpa tangan

Muhammad Razmir Hakim asal Kota Malang, Jawa Timur. Menulis adalah salah satu cara untuk membuat setiap nafas terasa lebih sempurna

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengapa Harus Ada Matahari Tenggelam di Hari yang Sempurna

15 Januari 2021   21:56 Diperbarui: 15 Januari 2021   21:58 2701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: Helmi NFW.

  Senja, apa yang biasa kau pikirkan saat bertemu dengannya, apa yang biasa kau rasakan saat kedua bola matamu menyaksikan semua kenangan yang turut pamit bersama dengan sang surya dan bagaimana perasaanmu saat tahu bahwa senja itu adalah senja yang berarti.

  Senja bagiku adalah masa dimana apa yang kuhirup di hari itu akan menjadi jutaan misteri di hari esok sama seperti perasaanku yang selalu saja berkalut saat laut mulai berselimut.

  Andai saja matahari tidak terburu pamit pasti aku akan lebih banyak bersamanya dan senja kali ini akan terasa lebih sempurna.Ah, sudahlah semua sekarang tinggal kenangan.

  Sebenarnya hari itu adalah hari yang sangat menggugah seleraku untuk tetap hidup di tengah arus yang makin tidak pasti.Pagi itu tepat pukul tujuh pagi dia datang menghampiriku dengan senyum manis di wajahnya untuk pertama kali.

  Sungguh sebuah hal yang tidak pernah kuduga sejak pertama aku kenal dia, bukankah sebelum ini dia hanya tersenyum biasa saat bertemu denganku? bukankah selama ini cintaku hanya bertepuk sebelah tangan?Bukankah suratku kala itu belum dibalasnya hingga saat ini?Hal aneh apa yang tengah merasuki jiwanya.

  Tak sampai disitu saja dia mendadak memberiku seikat mawar merah dan sebuah surat rahasia yang berbalut wangi parfum seorang wanita, sambil tersenyum sendiri dia berpesan agar jangan buka surat ini sebelum aku berbicara berdua dengannya.Sebenarnya aku ada dimana?

  Setelah itu dia pun mengajakku untuk pergi ke pantai nanti sore bersama keluarganya, sebuah hal yang tidak pernah dia lakukan kepada lelaki manapun seumur hidupnya, mimpi apa dia semalam?

 Bukankah kemarin dia sempat menyebut bahwa aku tidak ada sedikitpun di hatinya? Tapi biarlah lebih baik aku turuti saja momen langka itu, kapan lagi aku bisa mendapatkan momen terbahagia dalam hidupku ini.

  Di sepanjang perjalanan dia duduk tepat di sampingku sembari terus menatapku dengan mata tulusnya tak hanya itu kamipun menghabiskan sepanjang perjalanan dengan bergandengan tangan dan bernyanyi bersama dengan riang gembira.

 Saat suasana mulai terasa dingin dia pun bersandar di atas bahuku dan mendekap tanganku dengan begitu eratnya seperti tidak mau kulepaskan aku pun menyelimutinya dengan jaketku, lebih baik aku sakit karena kedinginan daripada cintaku harus beku di tengah jalan.

 Tak pernah kurasakan kelembutan dan kehangatannya sebelum ini dan aku tidak pernah  sebahagia ini bersama orang yang sangat aku cintai.

 Berkali kali dia tersenyum dengan sangat manis hingga senyumnya hampir menghilangkan kesadaranku, oh tuhan betapa manisnya senyum bidadari surga ini.Betapa beruntungnya aku bisa menikmati paras wajahnya yang lebih berkilau daripada seratus berlian sekalipun.

Saat saat Sempurna di Tepi Laut

 Akhirnya sampai juga di tepi laut, inilah tempat yang membuatku sempat meneteskan air mata sebab sebelum aku pindah ke tengah kota aku hidup disini dan suasana laut yang teramat sangat tenang membuatku selalu rindu padanya.Kenanganku di tepi laut ini seakan tidak pernah luntur bersama berjalannya waktu.

 Dari kejauhan nampak kawanan ombak yang mulai menyapaku dengan lambaian tangannya, dari sudut tepi laut yang lain kulihatnya anak anak kecil yang tengah bermain bola dengan begitu riangnya sembari menunggu pamitnya matahari apa yang dilakukan anak anak itu mengingatkanku sewaktu aku masih kecil dulu.  

 Dari atas sana burung burung pun mulai kembali pulang sambil mengeluarkan suara merdunya.Sungguh sebuah nostalgia yang sempurna.

 Angin sejuk yang berhembus menembus pori poriku benar benar membawaku melayang pada apa yang sedang kunikmati hari ini

 Betapa syahdunya senja kali ini sungguh aku belum pernah merasakan senja yang senikmat ini.Di tengah semua kesyahduan itu, tiba tiba saja dia datang menghampiriku dan berkata "apa yang kau lihat di ujung sana?" kujawab dengan pelan "Hanya ingin melihat pulangnya matahari." 

"Kau tau tidak apa yang lebih indah selain terbenamnya matahari?" Tanyanya sembari tersenyum dan menunjuk matahari."

" Tidak, tidak ada yang lebih indah selain apa yang kulihat saat ini memangnya apa yang lebih indah?" Jawabku.

" Saat dimana bersatunya dua cahaya cinta."

" Cahaya cinta? cahaya apa yang sedang kau maksud?" Tanyaku dengan terkejut.

" Ya, cahaya cinta sebuah cahaya dimana cahaya itu tidak hanya dapat kau lihat namun juga dapat kau rasakan dengan penuh kehangatan."

" Kau beruntung sekali ya bisa melihat dan merasakan cahaya cinta berbeda denganku aku bahkan tidak tahu apa itu cinta." balasku dengan nada pasrah.

" Setiap orang pasti menemukan cahaya cintanya apalagi di saat senja seperti ini harusnya kau sudah bisa melihatnya saat ini."

" Ah, sudahlah lupakan tentang dua cahaya itu, aku hanyalah seorang anak desa yang beruntung karena belas kasih orang kota lagipula aku hanyalah orang miskin bagaimana bisa orang sepertiku merasakan cahaya cinta?" balasku dengan nada yang semakin pasrah.

" Kau bukannya tidak bisa merasakan cahaya cinta tapi kau belum menemukannya, aku sendiri telah menemukan siapa cahaya cintaku."

" Lantas siapa cahaya itu, seistimewa apa dia?" aku makin penasaran.

" Cahaya itu adalah dirimu, kaulah cahaya cintaku selama ini aku bahkan telah jatuh hati padamu sebelum kau mengirim surat itu dan inilah jawabanku untuk suratmu kala itu."

" Apa kau bercanda?" Jawabku dengan gemetar dan jiwaku pun serasa melayang diatas langit ketujuh.

" Tidak dan soal apa yang kukatakan kemarin bahwa kau tidak akan pernah ada di hatiku itu memang benar, tempatmu bukan di hatiku tapi doaku, kau akan selalu berada didalam doaku kepada  Tuhan yang maha kuasa, jika kau hanya ada di hatiku bisa saja aku melupakanmu suatu saat nanti tapi jika kau ada dalam doaku maka namamu akan selalu tertulis dalam catatan Tuhan dan kau tidak akan pernah hilang dari hidupku."

" Sekarang buka surat yang tadi kuberikan padamu." Pintanya kepadaku.

  Kubaca surat itu dengan seksama dan ternyata dia hendak berpamitan untuk yang terakhir kalinya dan dalam surat itu dia mengatakan kalau dia hanya bisa cinta pada satu cahaya cinta yaitu aku 

 Dan dia berpesan agar aku jangan melupakannya jika aku rindu sebut saja namanya dalam doa dan ditutupnya surat itu dengan ucapan sampai bertemu di waktu yang akan datang.

 Setelah itu dia pun pergi dengan mata yang berkaca kaca begitupula denganku suasana haru menyelimuti senja  kala itu.Selamat tinggal cahaya cintaku!

 Aku pun tidak mampu untuk berkata kata lagi jika saja aku tahu bahwa hari ini adalah saat saat terakhirku bersamanya dan jika aku tahu kalau dia telah mencintaiku jauh sebelum hari ini maka aku pasti sudah membahagiakannya sejak dulu.

 Mengapa momen ini tidak terjadi saja sejak dahulu?Andai saja waktu bisa diputar kembali.

 Sayang sekali hari telah berakhir bersamaan dengan pamitnya sang surya, padahal hari ini adalah hari yang sangat sempurna dan paling membahagiakan dalam hidupku.Besok dia pun sudah harus pergi dan jauh dari diriku entah sampai kapan.

Mengapa harus ada matahari tenggelam di hari yang sempurna?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun