Mohon tunggu...
Raihan Cmc
Raihan Cmc Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gangguan Dalam Perkembangan Sosial-Emosional

20 Januari 2025   12:19 Diperbarui: 20 Januari 2025   12:19 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gangguan dalam perkembangan sosial-emosional merujuk pada kondisi atau masalah yang menghambat kemampuan individu untuk mengelola emosi, membangun hubungan sosial yang sehat, atau berfungsi secara efektif dalam konteks sosial. Gangguan ini dapat terjadi pada berbagai usia dan dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk hubungan interpersonal, pekerjaan, dan kesejahteraan emosional.

Berikut adalah beberapa gangguan yang dapat memengaruhi perkembangan sosial-emosional:

1. Gangguan Keterikatan (Attachment Disorders)

Gangguan ini terjadi ketika anak mengalami masalah dalam membangun hubungan emosional yang sehat dengan pengasuh atau figur utama dalam hidup mereka. Hal ini seringkali disebabkan oleh pengabaian, trauma, atau pengalaman pengasuhan yang tidak responsif. Ada dua jenis gangguan keterikatan yang umum:

Gangguan Keterikatan Tanggapan Negatif (Reactive Attachment Disorder - RAD):

Anak yang mengidap RAD cenderung menunjukkan kesulitan dalam membangun hubungan emosional dengan orang lain, cemas atau tidak responsif terhadap pengasuh mereka, dan sering kali merasa tidak aman atau tidak nyaman dalam interaksi sosial.

Gangguan Keterikatan Disinhibisi (Disinhibited Social Engagement Disorder - DSED):

Anak dengan DSED mungkin menunjukkan perilaku yang tidak pantas seperti mendekati orang asing dengan mudah atau tanpa rasa takut, sering kali disebabkan oleh pengalaman pengabaian atau perubahan pengasuh yang sering.

2. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)

Gangguan ini ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dalam situasi sosial atau ketika dihadapkan pada interaksi sosial. Individu dengan gangguan kecemasan sosial merasa takut akan penilaian negatif orang lain dan sering kali menghindari situasi sosial.

Gejala: Ketakutan ekstrem terhadap penilaian atau penolakan, kesulitan berbicara atau berinteraksi dengan orang lain, dan perasaan cemas yang intens sebelum, selama, atau setelah situasi sosial.

Dampak pada perkembangan sosial-emosional: Gangguan kecemasan sosial dapat menghambat kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan sosial yang sehat, mengurangi rasa percaya diri, dan meningkatkan isolasi sosial.

3. Gangguan Perilaku (Conduct Disorder)

Gangguan perilaku adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan pola perilaku agresif, melanggar aturan, dan ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain. Individu dengan gangguan perilaku sering kali menunjukkan perilaku destruktif, baik secara fisik maupun emosional.

Gejala: Tindakan agresif, kebohongan, pencurian, pelanggaran aturan, dan perilaku destruktif lainnya. Pada anak-anak dan remaja, ini bisa termasuk penganiayaan terhadap hewan, kekerasan terhadap teman sebaya, atau ketidakpatuhan terhadap orang tua dan otoritas.

Dampak pada perkembangan sosial-emosional: Gangguan perilaku dapat menghalangi kemampuan individu untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, memperburuk masalah keterampilan sosial, dan meningkatkan isolasi sosial.

4. Gangguan Emosional (Emotional Disorders)

Gangguan emosional mencakup masalah yang memengaruhi stabilitas emosional seseorang, seperti depresi, gangguan bipolar, atau gangguan suasana hati lainnya.

Depresi: Anak-anak atau remaja yang mengalami depresi sering kali merasa cemas, tidak berharga, atau tidak mampu mengelola perasaan mereka. Hal ini dapat mengarah pada kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan keluarga.

Gangguan Bipolar: Gangguan ini melibatkan perubahan suasana hati yang ekstrem, dari depresi yang dalam ke kegembiraan yang berlebihan (manik), yang dapat memengaruhi hubungan interpersonal dan kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif.

Dampak pada perkembangan sosial-emosional: Gangguan emosional dapat mengganggu interaksi sosial, mengurangi empati, dan meningkatkan kecenderungan untuk menarik diri dari hubungan sosial.

5. Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder - ASD)

Autisme adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan individu untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan mengelola emosi secara normal. Meskipun setiap individu dengan ASD memiliki gejala yang berbeda, banyak yang mengalami kesulitan dalam memahami atau mengekspresikan perasaan mereka.

Gejala: Kesulitan dalam berinteraksi sosial, kurangnya empati, keterlambatan dalam berbicara atau memahami bahasa tubuh, dan kecenderungan untuk lebih fokus pada rutinitas atau minat tertentu.

Dampak pada perkembangan sosial-emosional: Individu dengan ASD mungkin kesulitan membentuk hubungan sosial, memahami emosi orang lain, atau menanggapi situasi sosial dengan cara yang sesuai.

6. Gangguan Stres Pasca-Trauma (Post-Traumatic Stress Disorder - PTSD)

Gangguan ini berkembang setelah individu mengalami peristiwa traumatis atau mengancam jiwa. PTSD dapat memengaruhi bagaimana seseorang mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain.

Gejala: Kenangan traumatik yang berulang, perasaan cemas atau terkejut, kesulitan tidur, atau menghindari situasi yang mengingatkan pada trauma.

Dampak pada perkembangan sosial-emosional: PTSD dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih tertutup atau kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat karena perasaan ketidakamanan atau kecemasan yang berkelanjutan.

7. Gangguan Identitas Diri (Identity Disorder)

Gangguan identitas diri, seperti Gangguan Identitas Disosiatif atau Gangguan Personalitas (misalnya, Gangguan Personalitas Borderline), dapat memengaruhi bagaimana seseorang merasakan diri mereka sendiri dan berinteraksi dengan orang lain.

Gejala: Kesulitan dalam mengidentifikasi diri, perilaku yang tidak konsisten, perubahan suasana hati yang ekstrem, dan hubungan interpersonal yang tidak stabil.

Dampak pada perkembangan sosial-emosional: Gangguan ini dapat mengarah pada kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang stabil dan memengaruhi kemampuan untuk mengelola emosi dalam situasi sosial.

8. Gangguan Pemrosesan Sensorik

Pada beberapa individu, gangguan pemrosesan sensorik memengaruhi cara mereka merespon rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, atau sentuhan. Ini dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain atau mengelola emosi dalam konteks sosial.

Gejala: Kepekaan berlebihan terhadap rangsangan tertentu, kecemasan atau ketidaknyamanan saat berada di lingkungan sosial atau ramai.

Dampak pada perkembangan sosial-emosional: Gangguan ini dapat menyebabkan isolasi sosial atau kesulitan dalam menanggapi situasi sosial dengan cara yang diharapkan.

Kesimpulan

Gangguan dalam perkembangan sosial-emosional dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk trauma, ketidaksesuaian pola asuh, atau kondisi mental tertentu. Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk mengelola emosi, berinteraksi secara efektif dengan orang lain, dan menavigasi hubungan sosial. Penanganan yang tepat melalui terapi, dukungan sosial, dan pendidikan dapat membantu individu mengatasi tantangan tersebut dan mengembangkan keterampilan sosial-emosional yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun