Mohon tunggu...
Raihan Arkan
Raihan Arkan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa aktif PBSI S1 Universitas Ahmad Dahlan

menulis cerpen dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rantai Makanan

7 Agustus 2024   23:51 Diperbarui: 7 Agustus 2024   23:53 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan nada gemetar Kalista berkata. "Mungkin. Mungkin saja. Agar dia tak dihantui oleh tukang pukul si Charter. Atau. Atau dia ingin menyembunyikan diri dan bermain di balik layar. Fredrick tolong katakan bahwa aku benar." Air mata menetes menghujani pipi Kalista.

Di tengah-tengah keheningan. Telepon rumah berbunyi memecah gelas keheningan. Kalista menyeka air matanya dan beranjak dari kursi menuju sumber suara. Terdengar suara dengan nada merendahkan keluar dari telepon genggam itu.

"Bagaimana? Sudahkah kalian puas berkhayal menghidupkan seseorang?" Suara itu memberikan setumpuk emosi dalam hati Kalista.

"CHARTER! KATAKAN DIMANA KAU SANDRA KAKAKKU!!"

"HAHAHAHAHAHA. Menyandra? Siapa? Morgan sang pahlawan itu? Apa kau tak lihat mayat tanpa kepala di meja tulisnya?" Jawab Charter dengan mengejek.

"Dia bukan kakakku. Kau salah membunuh orang. Pasti kau menyandra kakakku di salah satu gudangmu."

"Dengarkan baik-baik Kalista. Dan juga kau Fredrick." Suara Cahrter berubah menjadi mengintimidasi. "Kalian hanyalah mangsa bagi kami. Kau hanyalah ikan kecil untuk menggemukan ikan yang lebih besar. Aku adalah puncak rantai makanan. Tenggelamlah bersama jangkar itu dalam palung keputusasaan. Ikan Herring tidak akan bisa memangsa Hiu. camkan itu dalam jasad tanpa kepala itu."

Telepon terputus. Tangis Kalista pecah bersamaan telepon itu mati. Fredrick berdiri dan mendekap Kalista.

"Kita akan temukan Morgan. Mayat tadi adalah mayat nelayan yang mati saat aksi protes kemarin. Ada bekas tembakan di dadanya."

Kalista berkata kepada Fredrick dengan tersedu-sedu. "Kau harus janji kepadaku Fredrcik. Kau harus janji. Janjilah untuk membebaskan Kakakku."

Fredrick mengiyakan pinta Kalista.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun